Jumat 09 Mar 2018 06:55 WIB

Dokter Pilihan Presiden untuk BJ Habibie

BJ Habibie didiagnosis mengalami kebocoran pada klep jantungnya.

Presiden ke-3 RI BJ Habibie
Foto: ANTARA/PUSPA PERWITASARI
Presiden ke-3 RI BJ Habibie

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rakyat Indonesia sempat dibuat terkejut ketika ada kabar Presiden ke-3 RI Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie dilarikan ke sebuah klinik di Kota Munchen, Jerman, karena sakit. Semua orang di Tanah Air berharap kesembuhan segera bagi mantan menristek kebanggaan Indonesia itu.

Sakitnya pria kelahiran Pare-Pare, Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936 itu juga mengusik ketenangan Istana Kepresidenan di Jakarta. Presiden Joko Widodo segera memerintahkan jajarannya untuk terus memantau perkembangan kesehatan mantan presiden Habibie.

Bahkan, Jokowi sempat menelepon ke Jerman tempat Habibie dirawat dan berbicara langsung dengan Habibie meski singkat. Ketika itu, langsung disampaikan Jokowi kepada Habibie tentang kepastian dari Pemerintah RI yang akan memberikan bantuan dan pelayanan terbaik bagi Habibie selama menjalani perawatan.

Habibie yang didiagnosis mengalami kebocoran pada klep jantungnya berbincang sejenak melalui sambungan telepon dengan Jokowi dan menceritakan kepada Presiden Joko Widodo mengenai kondisinya saat ini. Melalui pembicaraan tersebut, Presiden menyanggupi permintaan Habibie yang menginginkan adanya tim dokter kepresidenan dan Paspampres untuk hadir di Jerman saat dilakukan tindakan medis terhadap dirinya.

Presiden Jokowi pun segera memberangkatkan dokter terbaik pilihannya sendiri dari Indonesia untuk mendampingi Habibie. Selain itu, ia juga berharap agar Habibie dapat kembali beraktivitas seperti sedia kala. Melalui sambungan telepon itu pula Presiden Jokowi menyampaikan kepada Habibie bahwa ia bersama dengan seluruh rakyat Indonesia terus mendoakan kesembuhan bagi Habibie.

Dokter pilihan

Maka, inilah dokter pilihan Presiden yang diterbangkan khusus ke Jerman untuk mendampingi Habibie selama dilakukan tindakan medis. Presiden Jokowi mengutus Prof Dr Lukman Hakim, SpPD-KKV, SpJP, Kger, seorang spesialis jantung dan pembuluh darah dari tim dokter kepresidenan, untuk berangkat ke Jerman.

Sebagian orang boleh jadi bertanya siapakah dokter pilihan itu? Namun, sebagian besar yang lain justru tak meragukan kiprah salah satu dokter jantung terbaik yang dimiliki Indonesia itu.

Salah satu rekan sejawatnya di tim dokter kepresidenan (yang enggan disebutkan identitasnya) menyebut, Prof Lukman dengan tiga kata: disiplin, detail, dan humoris. Prof Lukman yang alumnus FKUI itu memang terkenal disiplin dan belum akan berhenti jika tugas mempersiapkan segala sesuatu belum tuntas. Pria berdarah Lahat, Sumatra Selatan, itu tidak akan berhenti.

Prof Lukman juga dikenal sebagai sosok yang amat sangat detail. Ahli kardiologi yang sudah mengabdikan diri selama empat dekade pada bidang ilmunya itu akan memilih skenario dari yang paling sederhana sampai kemungkinan terburuk dengan fasilitas yang dipunyai sesuai kemampuan semaksimal mungkin yang tersedia.

Satu hal lain yang menjadi kelebihannya yakni betapa dokter tersebut ramah dan humoris sehingga saat bekerja pun seaman mungkin dibuat santai tapi tetap fokus. Lukman yang juga telah dikukuhkan sebagai Guru Besar Tetap di Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI sejak 2007 itu telah memiliki rekam jejak yang begitu panjang untuk menangani sakit yang dialami Habibie.

Ia pun dinilai banyak pihak paling sesuai untuk mendampingi mantan presiden Habibie yang dilarikan ke Klinik Starnberg, Munchen, Jerman, pada Jumat, 2 Maret 2018, dengan diagnosis mengalami kebocoran pada klep jantung. Sejatinya, sakit kebocoran jantung yang dialami Habibie mirip dengan sakit yang dialami sang istrinya, almarhumah Ainun Habibie.

Sakit itu membuat air menumpuk di paru-paru Habibie hingga 1,5 liter sehingga ia pun merasa sulit bernapas, dan juga tekanan darah meningkat hingga 180 mmHg.

Tidak berlebihan

Istana Kepresidenan melalui Staf Khusus Presiden Johan Budi menyebut, permintaan mantan presiden Habibie kepada Presiden Jokowi terkait dokter kepresidenan tidak berlebihan. Johan mengatakan, BJ Habibie yang saat ini sedang dirawat di sebuah rumah sakit di Kota Munchen, Jerman, melayangkan sejumlah permintaan kepada Presiden Jokowi.

Salah satunya yakni pendampingan dari dokter kepresidenan saat dilakukan penindakan terhadapnya. Presiden Jokowi juga telah memerintahkan Menteri Sekretaris Negara Pratikno untuk menanggung seluruh biaya perawatan Presiden ke-3 RI itu.

Hal itu telah secara jelas diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1978 tentang Hak Keuangan/Administratif Presiden dan Wakil Presiden serta Bekas Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Melalui Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi, Presiden juga telah menginstruksikan Duta Besar Republik Indonesia di Jerman untuk terus memantau kondisi terkini dari Habibie dan melaporkan langsung kepadanya.

Selain itu, Presiden juga memerintahkan Menteri Sekretaris Negara untuk memastikan bahwa pemerintah mampu memberikan pelayanan terbaik dan menanggung seluruh biaya perawatan Presiden ke-3 RI itu, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1978 tentang Hak Keuangan/Administratif Presiden dan Wakil Presiden serta Bekas Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi bahkan mengatakan, pihaknya memantau kesehatan mantan presiden BJ Habibie secara rutin, yakni dua kali sehari, yaitu ketika bangun tidur pada pagi hari dan malam menjelang pergi tidur.

Ia menambahkan, pemantauan kondisi kesehatan Presiden ke-3 RI BJ Habibie telah dilakukan sejak Habibie dilarikan ke Klinik Starnberg, Munchen, Jerman, pada Jumat 2 Maret 2018. Maka, segala daya upaya terbaik pun diberikan, termasuk memilihkan tenaga medis terbaik untuk kesembuhan BJ Habibie, salah satu putra terbaik yang dimiliki bangsa ini.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement