REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Lingkar Madani Indonesia yang juga pengamat politik, Ray Rangkuti, mengatakan, koalisi partai Islam sulit untuk dibentuk kembali karena adanya faktor sejarah, termasuk krisis kepercayaan yang pernah terjadi di antara partai politik Islam di Indonesia. Sejak saat itu, kata dia, koalisi partai Islam sulit untuk diwujudkan.
"Koalisi partai Islam sebenarnya telah diusung sejak zaman Gus Dur memimpin pada 1999. Di tahun itu ada koalisi yang disebut koalisi hijau yang memang menempatkan Gus Dur saat itu menjadi presiden," kata dia kepada Republika.co.id, Kamis (8/3).
Ia menjelaskan, pasca-1999, terjadi hubungan yang pelik di antara partai Islam sehingga menyebabkan mereka tak bisa bersatu dalam setiap pemilu. Namun, setelah 1999 itu, Gus Dur jatuh. Di situ ada hubungan yang begitu pelik di antara partai-partai ini.
"Mengingat pada saat kejatuhan Gus Dur itu, salah satu motornya adalah Amien Rais," kata dia.
Adanya persoalan pelik itu, lanjutnya, yang berimbas kepada beberapa pemilu selanjutnya, baik pada 2004, 2009, maupun 2014. Ray menerangkan, pada 1999 lalu, Gus Dur sendiri lahir dari angan-angan untuk membentuk koalisi partai-partai Islam, termasuk PAN, PKS, dan lain-lain.
Ia menjelaskan, persoalan pelik itu tak hanya mencakup adanya faktor historis. Namun, juga ada faktor psikologis dan juga ketidakpercayaan antarpartai usai 1999 itu. Pada pemilu-pemilu selanjutnya, koalisi partai Islam memang selalu digaungkan.
"Sudah banyak rencana itu, tapi lebih banyak gagalnya. Termasuk pada pilkada," tuturnya.
Namun, ia tak menampik nantinya akan ada kemungkinan koalisi partai-partai Islam dibentuk kembali. "Bukan tak mungkin akan ada lagi gagasan ini, bisa saja, mereka bisa bersatu kembali," kata Ray.
Seperti yang telah diketahui, beberapa partai politik masih belum menentukan sikapnya pada Pemilu 2019 mendatang. Kelima partai itu antara lain Partai Gerindra, PKB, PAN, PKS, dan PBB.
Walaupun belum menentukan sikap, PKB dengan mengusung Cak Imin sebagai cawapres membuka peluang untuk menjadi pasangan Joko Widodo pada Pemilu 2019 nanti.