Rabu 07 Mar 2018 16:43 WIB

AHY Realistis Hadapi Bursa Capres

AHY mengatakan realitasnya ada presidential threshold 20 persen.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Ratna Puspita
Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono saat tiba di Kantor Kemenko Polhukam, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (7/3).
Foto: Republika/Ronggo Astungkoro
Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono saat tiba di Kantor Kemenko Polhukam, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (7/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komando Tugas Bersama (Kosgama) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengamini adanya semangat, harapan, serta aspirasi dari pada kader Partai Demokrat dan masyarakat agar dirinya menjadi calon alternatif. Kendati demikian, dia bersikap realistis untuk memasuki bursa calon presiden. 

“Saya juga harus realistis melihat logika politik hari ini. Realitasnya adalah, presidential treshold 20 persen," kata dia di Kantor Kemenko Polhukam, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (7/3).

Persyaratan mencalonkan pasangan calon presiden dan wakil persiden pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2019, yakni persentase suara 25 persen pada Pemilu 2014. Demokrat hanya memiliki 10,19 persen sehingga harus berkoalisi dengan partai lain.

AHY mengatakan ambang batas pencalonan presiden atau presidential threshold tersebut menyulitkannya maju sebagai capres alternatif kendati semangat untuk mengusungnya sangat tinggi. Termasuk kalau calon alternatif tersebut memiliki elektabilitas tinggi. 

"Ini bukan mengendorkan semangat, tetapi menambah semangat kami. Dengan itu, kami harus berjuang dengan sekuat tenaga agar 2019 sukses, karena kita masih punya masa depan," kata dia. 

Menurutnya, Demokrat terdiri dari orang-orang yang senang mempersiaplan diri. Karena itu, AHY mengaku ingin terus mempersiapkan diri untuk kemungkinan kapan pun Tuhan, negara, dan sejarah memanggilnya kembali ke dalam suatu kompetisi politik.

Pada kesempatan itu, AHY juga membiarkan publik berspekulasi terkait pertemuannya dengan Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta. Termasuk spekulasi yang menyebutkan Demokrat akan berkoalisi dengan Joko Widodo pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2019. 

“Saya memang tak bisa mematahkan spekulasi publik, apalagi kalau sudah masuk ke ranah politik. Saya pikir sah-sah saja kalau ada yang berpikir seperti itu (mendekat untuk berkoalisi)," kata dia menjelaskan. 

Di luar dari spekulasi yang muncul, AHY memastikan, Demokrat ingin membangun komunikasi yang baik agar tidak ada kebuntuan dalam berkomunikasi dan bertukar informasi. Jika semua itu macet maka sangat mungkin akan terjadi salah pengertian.

"Kalau terjadi miss understanding maka kemudian bisa sangat menghadirkan miss calculation, salah perhitungan. Dalam politik, tentu tidak diharapkan terjadi miskalkulasi," sebutnya.

AHY juga ditanya mengenai kemungkinan menjadi menteri pada masa mendatang. "Yang mengajak (menjadi menteri) siapa?" kata AHY  menjawab sembari tersenyum. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement