Selasa 06 Mar 2018 18:36 WIB

BMKG: Munculnya Cuaca Ekstrem Disumbang Aktivitas Manusia

Cuaca ekstrem seperti musim hujan yang kering atau kemarau dengan curah hujan tinggi.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Ratna Puspita
Awan hitam menyelimuti langit. (Ilustrasi)
Foto: Umarul Faruq/Antara
Awan hitam menyelimuti langit. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Terjadinya perubahan iklim yang memicu munculnya cuaca eksrem belakangan ini ternyata sedikit banyak disumbangkan oleh aktivitas manusia. Kepala Balai Besar Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah I Edison Kurniawan mengungkapkan, faktor antropogenik yang disebabkan aktivitas manusia memberikan sumbangan besar dalam mempercepat proses perubahan iklim.

Akibatnya, belakangan kerap terjadi cuaca ekstrem seperti musim penghujan yang kering atau musim kemarau yang memiliki curah hujan tinggi. "Meningkatnya jumlah kendaraan bermotor, peningkatan industri, bertambahnya populasi penduduk, itu membuat suhu di permukaan bumi semakin meningkat," kata Edison usai membuka Sekolah Lapang Nelayan, Senin (5/3).

Menghadapi perubahan iklim yang terus berlangsung, BMKG mendesak pemerintah melakukan langkah adaptasi dan mitigasi. Langkah adaptasi dimaksudkan agar manusia bisa menyesuaikan diri dengan perubahan iklim yang terjadi. Sementara langkah mitigasi berupa upaya-upaya untuk mengurangi risiko perubahan iklim dan menurunkan laju perubahan yang terjadi.

BMKG mencatat, perubahan iklim juga terjadi lantaran adanya gas rumah kaca. Masifnya industri menghasilkan kandungan CO2 (karbondioksida), SF6 (sulfu heksaflorida), dan CH4 (metana) yang meningkat. Indonesia, lanjut Edison, pernah dituduh sebagai penghasil gas rumah kaca yang paling signifikan.

Namun tudingan itu dibantah Indonesia. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan Stasiun Pemantau Atmosfer BMKG di Koto Tabang, Agam, kandungan karbondioksida di Indonesia masih 380 ppm (part per million).

Angka ini sebetulnya naik cukup cepat dari kandungan normal dekade lalu sebesar 300-an ppm. "Namun secara umum Indonesia mash di bawah gas emisi rumah kaca dunia. Beberapa negara sudah mencapai 400 ppm," katanya.

Langkah mitigasi yang bisa dilakukan pemerintah, lanjut Edison, adalah mengeluarkan regulasi yang mengatur tentang pembatasan kendaraan bermotor. Kampanye penanaman pohon juga perlu dilakukan untuk menambah populasi tanaman. Selain itu, pemerintah diminta mempertahankan ruang terbuka hijau yang sudah ada, bahkan menambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement