Senin 05 Mar 2018 20:29 WIB

Alumni PMII Siapkan Kadernya di Pemilu 2019

IKA-PMII dituntut untuk menyiapkan diri sebagai wadah kaderisasi dan pengembangan SDM

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Rakernas PMII
Foto: Republika/Arie Lukihardianti
Rakernas PMII

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Ikatan Alumni PMII (IKA-PMII) menyatakan, telah menyiapkan kadernya di Pemilu 2019. Menurut Sekjend IKA PMII, Hanif Dhakiri, pihaknya menyadari bahwa situasi bangsa Indonesia sekarang ini diwarnai oleh hiruk-pikuk politik, khususnya terkait dengan sedang berlangsungnya proses pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) dan akan diselenggarakannya Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden secara serentak pada April 2019 nanti.

Saat ini, kata Hanif, banyak alumni PMII yang terlibat dan ikut berkompetisi baik dalam pilkada, pileg, bahkan pilpres. PMII sendiri, memaknai momentum politik tersebut dalam kerangka Konsolidasi Khittah perjuangan IKA-PMII untuk berkontribusi maksimal terhadap bangsa dan negara.

"Namun kami tetap lebih mengedepankan penguatan tatanan internal yang kondusif dan produktif bagi terjaganya stabilitas politik nasional yang damai, aman, dan bersatu," ujar Hanif, di Bandung, Senin (5/5).

Hanif mengatakan, IKA-PMII juga bertekad untuk senantiasa menjadi penyangga utama Nahdlatul Ulama (NU) dalam memelihara, mengembangkan, dan mensosialisasikan ajaran-ajaran NU di bidang amaliyah ubudiyah. Serta pemikiran dan pemahaman Islam Aswaja al-Nahdliyah yang rahmatan lil-‘alamin, gerakan sosial-kemasyarakatan, dan politik kenegaraan, khususnya dalam menjaga Pancasila dan NKRI.

Oleh karena itu, atas kesadaran tanggung jawab tersebut, IKA-PMII juga dituntut untuk menyiapkan diri sebagai wadah kaderisasi dan pengembangan sumberdaya manusia. Agar, mempunyai intergirtas dan kapasitas yang memadai dalam menjalani peran dan pengabdiannya dalam organisasi NU serta dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

"Penting disadari oleh seluruh alumni PMII agar dengan penuh kerelaan bahu-membahu dan saling mendukung untuk mengambil bagian dalam mengurus dan membesarkan NU," kata Hanif.

Hanif mengatakan, IKA-PMII perlu mendayagunakan semaksimal mungkin sumber daya alumni untuk mengambil peran dan berkontribusi secara strategis dalam kepemimpinan bangsa dan negara, baik di tingkat lokal, regional, maupun nasional. Terkait ini, IKA-PMII berpegang pada konsepsi kepemimpinan yang kuat dan visioner, tanggap dan responsif terhadap dinamika sosial, ekonomi, politik, kebudayaan, dan perkembangan global.

Secara personal, kata dia, dibutuhkan figur–figur pemimpin bangsa dari kalangan alumni PMII yang tegas dan berkarakter, kharismatik dan berwibawa. Serta berintegritas moral yang tinggi, yang bisa membawa Indonesia menjadi bangsa yang bermartabat.

Namun, kata dia, semua itu tidak akan terwujud jika tidak tercipta situasi yang kondusif bagi setiap komponen bangsa, baik melalui jalur negara, ormas dan partai politik, untuk berperan aktif dalam proses kehidupan berbangsa dan bernegara. "Dari proses itulah akan lahir kader-kader pemimpin bangsa yang diharapkan," katanya.

Untuk membangun regenerasi dan kesinambungan organisasinya, kata Hanif, Rakernas IKA-PMII memutuskan untuk menyelenggarakan Musyawarah Nasional (Munas) VI sebagai forum tertinggi dalam organisasi IKA-PMII, yang direncanakan berlangsung pada bulan Mei 2018. Rakernas ini juga, merekomendasikan agar penyelenggaraan Munas VI dijadikan momentum penting untuk mengawal ide dan gagasan kepemimpinan nasional yang mampu mewujudkan keadilan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Hadir dalam rakernas ini banyak tokoh PMII, seperti Ketua Umum PMII, Ahmad Muqowam, Sekjen PMII, Hanif Dhakiri, Mentri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi, dan Pembina Majelis Tinggi Pengurus Besar IKA PMII, Kiai Mashuri Malik, serta tokoh lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement