Senin 05 Mar 2018 08:36 WIB

Muslim Cyber Army (MCA) dan Spekulasi yang Berkembang Liar

Polisi memastikan semua akun para tersangka MCA sudah diamankan.

Rep: Arif Satrio Nugroho, Riga Nurul Iman/ Red: Elba Damhuri
Pihak Ditsiber Bareskrim Polri malakukan konferensi pers di gedung Bareskrim, Cideng, Jakarta Pusat, Rabu (28/2), terkait penangkapan enam tersangka dari grup The Family MCA yang diketahui melakukan penyebaran kebohongan dan ujaran kebencian di media sosial.
Foto: Republika/Zahrotul Oktaviani
Pihak Ditsiber Bareskrim Polri malakukan konferensi pers di gedung Bareskrim, Cideng, Jakarta Pusat, Rabu (28/2), terkait penangkapan enam tersangka dari grup The Family MCA yang diketahui melakukan penyebaran kebohongan dan ujaran kebencian di media sosial.

REPUBLIKA.CO.ID  Spekulasi bermunculan secara liar terkait terungkapnya jaringan the Family Group Muslim Cyber Army (MCA). Spekulasi ini terjadi bukan hanya pada benar tidaknya para tersangka kasus ini terkait dengan MCA, tapi juga menyinggung hal-hal lain.

Ada upaya adu domba di tengah ramainya penangkapan atas sejumlah pelaku dunia media sosial yang menyebarkan hoaks. Polisi memastikan penyelidikan atas kasus MCA ini berjalan objektif dan adil agar semua pertanyaan masyarakat  terjawab secara gamblang.

Kemarin, sejumlah warganet mengaitkan akun Twitter @cak_luth dengan satu tersangka yang ditangkap dalam kasus penyebaran hoaks yang mengatasnamakan the Family MCA ditangkap polisi, Muhammad Luth.

Akun @cak_luth, berdasarkan unggahannya di Twitter, kerap mengunggah konten yang menunjukkan dukungan terhadap mantan gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

Penelusuran Republika, dalam akun @cak_luth, tampak sejumlah unggahan yang bernada mendukung Basuki. Dia juga mengunggah konten bergambar FPI dengan keterangan "Serem mana sama yang ini".

Kepala Subdirektorat I Siber Badan Reserse Kriminal Polri Komisaris Besar Polisi Irwan Anwar membantah adanya kaitan tersebut. Dia memastikan, semua akun para tersangka sudah diamankan pihak siber.

"Akun para tersangka sudah kami sita semuanya," ujar Irwan saat dikonfirmasi Republika melalui pesan, Ahad (4/3).

Irwan juga menyebut keterkaitan antara akun @cak_luth dan tersangka Muhamad Luth seperti yang disebutkan warganet adalah tidak benar. "Hoaks, Mas," kata Irwan menjelaskan.

Sebelumnya, sejumlah tersangka ditangkap serentak pada Senin (26/2). Muhamad Luth (40 tahun) ditangkap di Sunter, Jakarta Utara. RSD (35 tahun) ditangkap di Pangkal Pinang, Kepulauan Bangka Belitung.

RS ditangkap di Jembrana, Bali. Sedangkan, Yus ditangkap di Sumedang, Jawa Barat. Tersangka lain ditangkap di Palu dengan inisial RC, dan seorang lagi di Yogyakarta.

Mereka disebut menyebarkan hoaks dengan rasa ujaran kebencian sesuai dengan isu yang berkembang dan bernada provokatif, seperti isu kebangkitan PKI, penculikan ulama, dan penyerangan terhadap nama baik presiden, pemerintah, serta tokoh-tokoh tertentu.

Selain ujaran kebencian, sindikat ini ditengarai juga mengirimkan virus kepada kelompok atau orang yang dianggap musuh. Virus ini biasanya merusak perangkat elektronik penerima.

Mereka terancam dikenai Pasal 45A ayat (2) jo Pasal 28 ayat (2) UU ITE 11/2008 ITE jo Pasal 4 huruf b angka 1 UU 40/2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis dan/atau Pasal 33 UU ITE.

Secara terpisah, Sekretaris Jenderal Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Bachtiar Nasir mengatakan, MCA yang ditangkap polisi bukanlah dari MCA yang sebenarnya.

''Tentang hoaks, tadi saya baca di satu media bahwa penyebar hoaks atas nama MCA bukanlah dari MCA,'' kata dia di sela-sela menghadiri Tabligh Akbar Persatuan yang digelar Young Islamic Leader (YI-Lead) dengan aliansi ormas Islam Sukabumi di Masjid Agung Sukabumi, Ahad (4/3) sore.

Sesungguhnya sejak awal ditelusuri, tidak ada ketua-ketuaan atau organisasi-organisasian MCA. MCA bisa semua umat Islam seperti ibu-ibu di rumah. Dia menilai, ibu-ibu bisa lebih galak menyampaikan pendapatnya daripada anak muda karena mengetik dengan perasaan.

Menurut Bachtiar, tidak pernah ada yang menamakan diri MCA dan itu hoaks. Dia menduga, dari kejadian ini, ada yang ingin memecah belah. Bachtiar mengimbau, pada tahun politik ini umat Islam harus menjauhi hoaks.

Hingga kini Bachtiar mengaku belum mendapatkan informasi terakhir dari polisi setelah ditelusuri pelaku MCA ternyata bukan MCA. Namun, dia menilai, saat ini polisi telah bekerja secara objektif dan profesional.

Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mendukung Kepolisian RI memberantas penyebar berita bohong dan ujaran kebencian melalui media sosial. "Mari kita dukung langkah-langkah Kepolisian RI memberantas siapa pun orangnya, kelompok, golongan, perorangan yang punya iktikad memecah belah masyarakat dengan menyebarkan berita-berita yang sifatnya fitnah," ujar Mendagri usai meresmikan patung dr Tjipto Mangoenkoesoemo di Ambarawa, Kabupaten Semarang, Sabtu (3/3) malam.

Dia juga mengapresiasi langkah kepolisian yang cepat dan tanggap, apalagi terkait rencana Kapolri membentuk satgas untuk menangkal hoaks di media sosial.

Nama besar di balik MCA

Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Inspektur Jenderal Polisi Setyo Wasisto menyatakan, polisi akan mendalami siapa pemesan dan pendana di balik operasi penyebaran hoaks oleh kelompok MCA. Sejauh ini, enam admin MCA telah ditangkap.

"Ini sedang kita dalami, artinya kalau ini terbukti konspirasi kan akan terlihat, siapa berbuat apa bertanggung jawab kepada siapa akan ketahuan," kata Setyo di Markas Besar Polri, Jakarta, Kamis (1/3).

 

 

 

Setyo mengaku belum bisa memastikan adanya orang besar di balik penyebaran berita hoaks dan provokatif tersebut. Hal tersebut masih perlu dibuktikan lebih dahulu. Paling tidak, ada data awal yang menyatakan adanya keterlibatan tokoh tertentu.

Baca Juga: ACTA: MCA yang Asli itu Berakhlak dan tidak Sebar Hoaks.

"Saya tidak bisa mengatakan indikasi atau tidak, tetapi fakta yang ada kita temukan ada beberapa orang yang ternyata terkait juga antara satu akun dengan akun lain," ucap Setyo.

Saat ini, polisi masih belum menemukan tokoh utama di balik MCA ini. Namun, Setyo memastikan penyidik akan menemukan orang tersebut.  (antara, Pengolah: nashih nashrullah).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement