REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan akan mulai menggulirkan penanganan dan pengolahan limbah sebagai program prioritas. Ia ingin air limbah diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke badan air seperti sungai, danau, atau laut.
"Ini yang kita ingin di jakarta sampai 2050 blueprint-nya sudah ada. Kita ingin mulai gulirkan ini sebagai program yang kita prioritaskan," kata Sandiaga di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (28/2) malam.
Sebelumnya, Sandiaga menargetkan seluruh rumah, area komersil dan industri harus terhubung dengan pipanisasi limbah. Namun, hingga kini program itu baru menjangkau kurang dari tiga persen dari keseluruhan area.
"Ternyata di Tokyo sudah 100 persen rumah, kantor, area komersil, dan industri terhubung dengan limbah pipanisasi. Di Jakarta hanya kurang dari tiga persen per hari ini," kata Sandiaga.
Kepala Biro Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Dinas Tata Ruang DKI, Vera R. Sari, membenarkan bahwa pipanisasi limbah di DKI baru mencapai 2,8 hingga 3 persen. Air limbah yang diolah berada di Waduk Setiabudi. "Itu melayani area perkantoran," kata dia.
Vera mengatakan, pipanisasi limbah ditargetkan bisa mencapai 100 persen. Pemprov DKI Jakarta telah membuat masterplan untuk mencapai target tersebut pada 2050.
Target ini akan dicapai dalam tiga tahap. Dalam jangka pendek, ada tiga zona yang akan dikembangkan hingga 2022. Ini mencakup kawasan Waduk Setiabudi, zona 1 di Waduk Pluit, dan Zona 6 di Duri Kosambi.
Pada tahap berikutnya, ada empat zona yang akan dikembangkan mulai dari 2022 hingga 2030. Terakhir, ada 8 zona dikembangkan dari 2030 hingga 2050. Vera berharap target ini dapat dicapai lebih cepat dengan dukungan teknologi.
"Memang kondisinya seperti di Jakarta seperti disampaikan Pak Wagub. Dengan semakin majunya teknologi semoga bisa mempercepat apa yang direncanakan," kata dia.