Kamis 01 Mar 2018 15:33 WIB

Pemancangan 1.500 Bambu Runcing Peringati Serangan Oemoem

Serangan Oemoem 1 Maret 1949 menjadi roh sejarah Yogyakarta.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Peringatan Serangan Oemoem 1 Maret.
Foto: Antara.
Peringatan Serangan Oemoem 1 Maret.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Monumen Jogja Kembali (Monjali) di Kabupaten Sleman, DIY, memancangkan sebanyak 1.500 bambu runcing dalam rangka memperingati peristiwa bersejarah Serangan Oemoem 1 Maret 1949. Aksi ini dicatatkan di Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai pemancangan bambu runcing berbendera Merah Putih terbanyak.

Proses pemancangan sudah dimulai sejak 21 Februari, yang berlangsung sampai 28 Februari 2018. Pencanangan dilakukan tim panjat tebing Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) UPN Veteran Yogyakarta dan relawan-relawan lainnya.

Pemancangan terakhir bambu runcing, untuk menggenapi 1.500 bambu runcing dilakukan secara langsung Bupati Sleman, Sri Purnomo, didampingi pejabat-pejabat yang mengikuti prosesi Upacara Bendera tepat pada Kamis, 1 Maret 2018, pagi.

Upacara dihadiri pejabat-pejabat lingkup Pemerintah Kabupaten Sleman, kepala museum, pelajar-pelajar, mahasiswa-mahasiswa, asrama-asrama Papua, santri-santri pondok pesantren, Mapala-Mapala Yogyakarta, dan duta-duta museum.

Semua peserta upacara mengenakan janur kuning sebagai penanda, dan sebagian lainnya malah memeriahkan pemandangan dengan pakaian-pakaian pejuang. Sedangkan, Tim Mapala terdiri atas tim panjat tebing, arung jeram, dan kayak.

Sebagian menggelantung di atas puncak Kerucut Monjali, dan sebagian lain tampak sigap menjaga bendera-bendera yang ada di sisi kolam barat dan timur. Ketua Panitia Peringatan SO 1 Maret, Nanang Dwinarto, menegaskan peringatan ini memiliki arti yang sangat penting.

"Monjali merupakan tetengger yang dibangun dalam rangka memperingati peristiwa penting kembalinya pemerintahan Indonesia dari kekuasaan Belanda, di samping objek wisata, Monumen Jogja Kembali mempunyai misi pendidikan, sehingga harus dilestarikan keberadaannya," kata Nanang, Kamis (1/3).

Serangan Oemoem 1 Maret 1949 menjadi roh sejarah Yogyakarta kembali karena titik awal pengakuan kedaulatan Republik Indonesia sampai sekarang. Sebelum itu, Belanda sempat berseloroh di sidang perundingan PBB, mengatakan Indonesia tidak memiliki TNI dan pemerintahan.

Lewat Serangan Oemoem 1 Maret 1949, dunia tahu, PBB tahu kalau Tentara Nasional Indonesia masih ada. Berkat itu pula, perjanjian Roem-Roiken terjadi, yang intinya menegaskan jika kedaulatan Republik Indonesia telah dikembalikan ke Negara Kesatuan Republik Indonesia.

"Bambu runcing dipilih sebagai simbol perlawanan fisik, jiwa dan raga, rakyat, dan TNI bersatu padu melawan penjajahan, pemancangan 1.500 bambu runcing relevan dengan peristiwa SO 1 Maret 1949, di mana Indonesia mengerahkan 1.500 pejuangnya," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement