REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perilaku masyarakat membuang sampah sembarangan merupakan salah satu penyebab terbesar permasalahan menumpuknya sampah. Sampah menyebabkan pencemaran lingkungan sehingga perlu dilakukan perubahan paradigma.
"Masalah sampah itu di perilaku, meski pemerintah sudah menyediakan sarana dan prasarana tapi jika perilaku masyarakat tidak berubah maka akan sulit," ujar Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Rosa Vivien Ratnawati.
Dalam diskusi yang digelar oleh Packaging and Recycling Association for Indonesia Sustainable Environment (PRAISE) di Jakarta, Rabu (28/2), Rosa mencontohkan pencemaran di Sungai Citarum, Jawa Barat, yang menjadi sorotan masyakat internasional yang disebut Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan sebagai sungai paling tercemar di dunia.
"Di Citarum, perda sudah ada, sarana prasarana sudah dibangun tapi perilaku masyarakat tidak berubah," ujarnya.
Masalah sampah disebutnya tidak lagi hanya menjadi masalah pemerintah tapi juga masyarakat umum dan sektor swasta. Rosa mengajak perusahaan untuk ikut peduli dengan sampah yang disebutnya tidak gampang karena banyak perusahaan yang mengabaikan pengolahan sampah meski kemasan produknya juga menjadi sampah.
Sementara itu, PRAISE yang terdiri atas enam perusahaan yaitu PT Coca Cola Indonesia, PT Indofood Sukses Makmur Tbk, PT Nestle Indonesia, PT Tetra Pak Indonesia, PT Tirta Investama (Danone) dan Yayasan Unilever memulai program Bali BERSIH untuk membantu mengatasi masalah sampah tersebut.
PRAISE kemudian bekerja sama dengan Sustainable Waste Indonesia (SWI) menyelenggarakan kajian untuk memetakan ekosistem sampah di Bali yang dimulai pada 2017. Ketua Umum PRAISE Sinta Kaniawati mengatakan program itu juga didukung oleh empat kementerian yaitu Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman serta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
"Kajian ini dilakukan untuk memetakan permasalahan sampah karena data sampah ternyata tidak mudah didapatkan di Indonesia," ujarnya.
Hasil kajian itu kemudian akan diserahkan dalam bentuk rekomendasi kepada pemerintah untuk dapat dilaksanakan. "Nantinya akan ada solusi konkrit, termasuk siapa melakukan apa. Kami harap hasil kajian ini akan dapat ditiru di tempat lain selain Bali sehingga masalah sampah teratasi," ujarnya.
Peneliti dari SWI Dini Trisyanti mengaku kondisi pencemaran sampah laut di Bali memprihatinkan dan dampaknya terhadap pariwisata semakin menjadi perhatian masyarakat internasional. Dengan pemetaan tersebut diharapkan dapat teridentifikasi akar permasalahannya sehingga dapat dilakukan perbaikan termasuk perubahan perilaku masyarakat dalam menangani sampah menjadi lebih baik.