Selasa 27 Feb 2018 14:27 WIB

Depok akan Kembangkan Pakan Hewan Ternak Instan

Pakan berupa wafer yang belum lama ini diperkenalkan Guru Besar IPB.

Rep: Rusdy Nurdiansyah/ Red: Gita Amanda
Mahasiswa IPB Andriyani (tengah) bersama Yoga Rivaldi (kiri) dan Latiful Akbar (kanan) menunjukkan hasil inovasinya wafer terbuat dari bahan eceng gondok untuk pakan ternak di Laboratorium Lapang Industri Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan IPB, Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (1/2).
Foto: Antara/Arif Firmansyah
Mahasiswa IPB Andriyani (tengah) bersama Yoga Rivaldi (kiri) dan Latiful Akbar (kanan) menunjukkan hasil inovasinya wafer terbuat dari bahan eceng gondok untuk pakan ternak di Laboratorium Lapang Industri Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan IPB, Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (1/2).

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan (DKPPP) Pemerintah Kota (Pemkot) Depok berencana mengembangkan pakan ternak instan. Pakan berupa wafer yang belum lama ini diperkenalkan oleh Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB).

"Namun, masih perlu kajian mendalam mengingat diperlukan sarana dan prasarana serta biaya operasional yang memadai. Kita koordinasikan dulu ke peternak terkait inovasi ini karena memang harus dipikirkan di mana kita mengambil limbah sayuran untuk bahan dasar wafer, tempat pembuatan serta adaptasi pakan ke hewannya," ujar Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan DKPPP Kota Depok, Dede Zuraida di Balaikota Depok, Selasa (27/2).

Menurut Zuraida, pihaknya mengapresiasi inovasi wafer pakan ternak hewan ini, mengingat wafer limbah sayuran pasar ini mampu meningkatkan pertambahan bobot badan ternak sebanyak 24 persen lebih tinggi dibandingkan pakan konvensional. Wafer dari limbah ini juga aman dikonsumsi ternak, karena kandungan logam beratnya masih dalam ambang batas yang diperbolehkan menurut Standar Nasional Indonesia (SNI).

"Kandungan gizi dan nutrisi dari wafer ini lebih tinggi lima kali lipat dibandingkan rumput yang setiap hari dimakan sapi. Tapi, semua ini kan butuh penyesuaian, terutama terkait biaya operasionalnya," jelas Zuraida.

Sementara itu, peternak asal Kecamatan Sawangan, Nurjali mengaku, pembuatan wafer ternak pernah diaplikasikan dengan alat yang sederhana. Namun, memang butuh penyesuaian terhadap hewan yang setiap harinya hanya memakan rumput.

Selain harus butuh penyesuaian, mereka juga terkendala limbah sayur yang kadang sudah habis di pasar. "Kalau dari DKPPP mau mencari solusi terkait inovasi ini, kami siap untuk diperbantukan," terangnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement