Selasa 27 Feb 2018 14:09 WIB

Christine Lagarde, IMF, dan Ekonomi Indonesia

IMF menilai gejolak ekonomi global menjadi tantangan bagi perekonomian Indonesia.

Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde memberikan sambutan dalam pembukaan acara High-Level International Conference  New Growth Models in a Changing Global Landscape di Jakarta, Selasa (27/2).
Foto: Republika/Prayogi
Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde memberikan sambutan dalam pembukaan acara High-Level International Conference New Growth Models in a Changing Global Landscape di Jakarta, Selasa (27/2).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Debbie Sutrisno, Elba Damhuri

Kedatangan Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde ke Indonesia terkait pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia di Bali Oktober ini mendapat sambutan beragam. Lagarde, perempuan pertama yang menjadi bos IMF, hanya bertemu pimpinan negeri ini dan petinggi otoritas keuangan moneter di kantor yang megah, tetapi juga menyempatkan diri blusukan bersam Presiden Jokowi di Tanah Abang.

Lagarde tampak terkesan, sangat impresif, melihat kaum wanita Indonesia yang dia temui begitu tangguh menggelorakan ekonomi. Banyak perempuan, seperti dirinya, yang begitu antusias membangun ekonomi keluarga yang berkolerasi langsung dengan ekonomi nasional.

Presiden Jokowi sengaja mengajak Lagarde datang ke Pasar Tanah Abang yang memiliki 19 ribu kios untuk menunjukkan bekerjanya usaha kecil dan menengah (UKM) dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Lagarde mengaku begitu takjub dan terkesan dengan apa yang dia lihat di Tanah Abang. Ada belasan ribu kios di sana, pusat tekstil besar, dan ribuan perempuan terlibat aktif.

Lagarde, lahir 1 Januari 1956, di Prancis, memang bukan pertama kali datang ke Indonesia. Pada Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pun Lagarde berkunjung meski tidak selama saat ini.

Terhadap Indonesia, wanita yang juga menjadi menteri keuangan pertama di Prancis dan negara-negara G8 ini, cukup mengenal baik. Dia begitu kagum dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang pernah menjadi mitra kerjanya saat Sri Mulyani menjabat direktur di Bank Dunia sebelum kembali ke Indonesia.

Lagarde dan IMF seperti satu kesatuan yang sudah tidak bisa dipisah. Keduanya ibarat laut dan pantai yang tak bisa dipisah. Karena Lagarde telah menjelma menjadi "rock star" di IMF.

Pernyataan dan analisisnya terhadap perekonomian sangat ditunggu-tunggu. Pernyataan-pernyataan Lagarde tentang reformasi struktural, kebijakan moneter dan fiskal, hingga ekonomi global selalu ditunggu-tunggu tidak hanya para pemimpin dunia, tetapi juga jurnalis-jurnalis ekonomi di banyak negara. Termasuk, saat setiap kali IMF bicara tentang ekonomi kawasan dan Indonesia.

Ekonomi Indonesia versi IMF

IMF menilai perekonomian Indonesia terus menunjukkan kinerja yang baik dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil, sekaligus kondisi makroekonomi yang terjaga sehingga risiko sistemik dapat terkendali. Risiko sistemik maksudnya jika ada satu atau dua guncangan ekonomi di satu sektor berdampak keras terhadap seluruh sektor secara umum. Ujungnya, mempengaruhi stabilitas ekonomi nasional.

IMF menyatakan saat ini Indonesia berada pada posisi yang baik dalam mengatasi berbagai tantangan sosial ekonomi. IMF memperkirakan dengan skenario reformasi fiskal dan reformasi lainnya, pertumbuhan potensial Indonesia dapat mencapai 6,5 persen di jangka menengah pada 2022.

IMF memuji perekonomian Indonesia dan menyambut baik fokus bauran kebijakan jangka pendek otoritas yang ditujukan untuk mendukung pertumbuhan sekaligus menjaga stabilitas. IMF memandang positif upaya otoritas yang memfokuskan pengeluaran publik ke sektor-sektor prioritas dan menyambut baik kemajuan investasi infrastruktur di Indonesia.

Dengan demikian, bisa dilakukan mobilisasi penghasilan negara untuk mendukung kebutuhan pembiayaan pembangunan lainnya. Ke depan, IMF memandang /outlook perekonomian Indonesia positif tetapi menekankan perlunya tetap waspada terhadap berbagai risiko.

Legarde terkesan dengan kekuatan industri teksil dan para pekerja di pasar ini yang notabenenya wanita. Hal ini memperlihatkan adanya iklim dinamis dari ekonomi Indonesia. Melihat kondisi perekonomian saat ini, Legarde pun menyebut bahwa ekonomi Indonesia saat ini berjalan dengan baik.

"Hal ini didorong oleh konsumsi, investasi, dan ekspor. Dan tiga mesin ekonomi berjalan sangat baik," ujar Legarde, Senin (26/2).

Dia pun cukup kagum dengan reformasi berbagai program yang dilakukan pemerintahan saat ini. Ini membuat pergerakan ekonomi dalam negeri Indonesia kembali membaik. Legarde berharap perbaikan di sektor ekonomi ini juga merambah infrastruktur sektor pendidikan dan sosial.

Kemajuan perekonomian Indonesia diyakini bisa semakin naik karena ekonomi global saat ini berjalan jauh lebih baik. IMF percaya pada tahun depan pun perkembangan ekonomi masih bagus. Dengan iklim ekonomi sekarang, Legarde melihat bahwa pemerintah Indonesia seharusnya bisa mencari keuntungan untuk percepatan pembangunan.

Revolusi digital

Lagarde pun mengingatkan pentingnya persiapan dalam menghadapi revolusi digital. Menurut Lagarde, revolusi digital secara pelan-pelan mulai mengubah struktur ekonomi kawasan dan global.

"Kita harus mulai mengendalikan revolusi digital dalam cara yang terbaik dengan meningkatkan kualitas infrastruktur digital dan membuat sistem pendidikan yang sesuai untuk masa depan," kata Lagarde, Selasa (27/2).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement