Senin 26 Feb 2018 05:27 WIB

Douglas Diamond dan Yusuf Mansur

Yusuf Mansur mengajak masyarakat menabung di bank syariah.

Adiwarman Karim
Foto: Republika/Da'an Yahya
Adiwarman Karim

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Adiwarman A Karim

Douglas Warren Diamond, profesor Universitas Chicago penemu model Diamond-Dybvig, dalam risetnya yang fenomenal “Banks and liquidity creation” menjelaskan pentingnya kepercayaan masyarakat terhadap suatu bank untuk menjaga likuiditas bank tersebut.

Yusuf Mansur seakan mengamini Diamond, ajakannya untuk ramai-ramai menabung bersama di bank syariah mendadak menjadi viral. Ramainya respons positif atas ajakan tersebut menegaskan tingginya kepercayaan masyarakat terhadap sistem perbankan syariah.

Kepercayaan ini segera menepis berbagai hoaks yang sempat beredar tentang sistem perbankan syariah. Hal ini menunjukkan tiga hal. Pertama, brand equity bank syariah memiliki nilai yang tinggi di mata masyarakat.

Kedua, hoaks akan segera sirna ketika dihadapkan pada fakta. Ketiga, masyarakat dapat secara proporsional menilai kelebihan dan kekurangan yang ada pada suatu bank syariah.

Robert Merton, profesor Universitas Columbia penemu istilah self-fulfilling prophecy, dalam buku Social Theory and Social Structure mengingatkan, sebuah bank dapat mengalami penarikan dana besar-besaran oleh nasabahnya walaupun sekadar diawali oleh hoaks.

Menurut Merton, meski nasabah mengetahui hal itu hanya hoaks, bila nasabah berpikir nasabah lain akan percaya akan hoaks itu maka mereka mempunyai insentif untuk ikut menarik dananya.

Mervin King, mantan gubernur bank sentral Inggris, dalam wawancaranya dengan Financial Times, “The only way to stop a eurozone bank run", menjelaskan bahwa tidak ada rasionalitas menarik dana besar-besaran hanya didasarkan hoaks, tetapi ia menjadi sangat rasional untuk ikut menarik dana ketika penarikan besar-besaran mulai terjadi.

Yusuf Mansur tampaknya paham betul hal ini dengan menghadapkan hoaks dengan fakta. Zoe Chase dalam artikel "Three ways to stop a bank run” menyarankan tiga cara untuk memerangi hoaks yang dapat menimbulkan penarikan besar-besaran.

Pertama, menghadapkan hoaks dengan fakta. Kedua, melakukan tindak nyata yang berkebalikan dengan hoaks. Ketiga, menjelaskan secara proporsional hal yang terjadi.

Ada perbedaan yang sangat mendasar antara pembiayaan bermasalah dan likuiditas bermasalah yang dihadapi oleh suatu bank. Pembiayaan bermasalah biasanya disebabkan oleh dua hal. Pertama, keadaan ekonomi yang memburuk yang merupakan faktor eksternal.

Kedua, kapasitas internal bank yang lemah dalam mengelola pembiayaan. Ibarat penyakit asma, bila dikelola dengan baik maka penderita asma tetap dapat hidup dengan normal. Bila tidak dikelola dengan baik maka kualitas hidupnya akan memburuk. Namun, jarang sekali orang yang mati karena sakit asma.

Sebaliknya, likuiditas bermasalah biasanya disebabkan oleh dua hal yang sama sekali berbeda. Pertama, hilangnya kepercayaan nasabah yang berakibat terjadinya penarikan besar-besaran. Kedua, kapasitas internal bank yang lemah dalam mengelola likuiditas.

Ibarat orang yang kehilangan darah akibat kecelakaan, bila tidak segera dihentikan pendarahannya, hampir dapat dipastikan orang itu akan mati kehabisan darah walau sebelum kejadian itu ia sehat segar bugar tanpa suatu penyakit.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement