Selasa 27 Feb 2018 21:18 WIB

Saat Kita Terjebak di Usia 40 Tahun

Waktu tak mungkin dimundurkan, fisik dan produktivitas biasanya mulai menurun.

Gianluigi Buffon
Foto: EPA-EFE/DANIEL DAL ZENNARO
Gianluigi Buffon

Oleh: Endro Yuwanto *)

 

REPUBLIKA.CO.ID, Striker kawakan Persija Jakarta dan legenda tim nasional (timnas) Indonesia Bambang Pamungkas baru saja merayakan euforia timnya yang menjuarai Piala Presiden 2018. Setelah ini, kontraknya bersama Macan Kemayoran bersisa satu tahun. Pertanyaan mengenai gantung sepatu pun mulai membayangi pemain yang kini menjelang berusia 40 tahun pada musim depan.

Bambang Pamungkas yang kerap disapa Bepe belum mau berkomentar banyak terkait masa depannya. Ia mengaku bisa saja memutuskan pensiun kapan saja sesuai kehendak hatinya. Bahkan masa depan perannya bersama Persija pun menurutnya masih misteri.

Sama seperti Bepe, kiper legendaris Juventus dan timnas Italia, Gianluigi Buffon, pun mengaku bingung ketika ditanya kapan memutuskan bakal pensiun. Buffon terbilang pemain gaek yang masih menjadi andalan Juve. Pemain kelahiran Carrara itu saat ini sudah menginjak usia 40 tahun.

Banyak yang memprediksi Buffon akan segera gantung sarung tangan. Namun, hingga saat ini belum ada tanda-tanda mantan penjaga gawang Parma itu bakal melakukannya.

Memang tak gampang bagi seorang pesepak bola untuk memutuskan gantung sepatu dari lapangan hijau. Butuh pemikiran matang untuk meninggalkan dunia yang sudah digeluti sejak usia belia. Meski hati dan pikiran masih ingin bermain, apa daya faktor fisik yang mulai menurun tak bisa dibohongi.

Bisa dihitung dengan jari, pemain gaek yang masih mampu berprestasi di usia menjelang atau setelah 40 tahun. Satu nama yang fenomenal adalah Roger Milla. Striker legendaris Kamerun ini bahkan bisa dibilang sebagai yang paling fenomenal.

Milla mencuat di Piala Dunia 1990 ketika usianya telah menginjak 42 tahun. Ia merupakan figur utama di balik keberhasilan Kamerun mengukir rekor abadi sebagai tim Afrika pertama yang mampu mencapai perempat final Piala Dunia.

Seorang legenda AS Roma dan timnas Italia Francesco Totti pun sempat gamang untuk memastikan kapan akan meninggalkan lapangan hijau. Ia sempat maju-mundur untuk memutuskan gantung sepatu.

Namun, setelah 24 tahun bahu-membahu sebagai pemain di lapangan bersama skuat Roma, Totti yang sudah berusia 40 tahun akhirnya memutuskan gantung sepatu di akhir musim lalu. Beruntung, salah satu legenda terbesar di sepanjang sejarah Roma itu masih mendapat pekerjaan baru sebagai salah satu direktur Roma.

Memang bagi pesepak bola yang punya nama besar tak begitu sulit untuk berkarier usai pensiun, meski biasanya tak jauh-jauh dari lapangan hijau, semisal Totti. Yang paling banyak dan tentu susah untuk dihitung adalah karier sebagai pelatih klub atau timnas. Sebut saja, Zinedine Zidane, Antonio Conte, Carlo Ancelotti, Pep Guardiola, Diego Simeone, Ronald Koeman, dan masih banyak lainnya. Jari tangan tak akan cukup menghitung para pemain yang gantung sepatu dan kemudian memilih jalur sebagai pelatih.

Adapula yang memilih berprofesi sebagai komentator sepak bola dan kolomnis media. Ada nama-nama seperti Gary Neville, Gary Lineker, Jamie Carragher, Harry Redknapp, Thierry Henry, dan masih banyak lainnya.

Mantan pemain yang senang dan pintar berorganisasi pun tak kesulitan untuk menggapai prestasi puncak di luar lapangan hijau. Yang paling mengemuka adalah legenda Prancis Michel Platini yang sempat menjadi Presiden Asosiasi Sepak Bola Eropa (UEFA).  Lalu legenda timnas Brasil, Pele, yang pernah menjabat di Kementerian Luar Biasa Olah Raga Brasil, duta PBB, dan juga salah satu staf publik FIFA.

 

Ada pula nama duo legenda AC Milan yang sukses menapaki dunia politik, yakni George Weah yang kini menjadi Presiden Liberia dan Kakha Kaladze yang terpilih sebagai Wali Kota Ibu Kota Georgia, Tbilisi.  Jangan lupakan legenda Manchester United dan timnas Inggris David Beckham yang sukses terjun di dunia bisnis berkat namanya yang masih sangat populer.

 

Pensiun dari lapangan hijau memang masih merupakan momok yang dianggap sulit bagi sebagian besar pemain. Tapi dengan pergeseran waktu, perubahan dunia, naiknya strata sosial ekonomi, serta besarnya pasar sepak bola global, kini pemain bola seharusnya bisa lebih baik menatap masa depannya.

Persiapan masa pensiun

Bagaimana dengan orang awam seperti kita? Memasuki atau terjebak di usia 40 tahun tentu bukan perkara yang mudah dihadapi bagi siapa saja. Waktu tak mungkin dimundurkan, sementara fisik dan produktivitas biasanya mulai menurun.

Mungkin banyak yang tidak menyadari bahwa Alquran membahas mengenai usia 40 tahun. Hal ini sebagai pertanda bahwa ada hal yang perlu diperhatikan dengan serius pada usia 40 tahun.

Allah SWT berfirman, “Apabila dia telah dewasa dan usianya sampai empat puluh tahun, ia berdoa: “Ya Rabb-ku, tunjukkanlah kepadaku jalan untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada kedua orangtuaku dan supaya aku dapat berbuat amal yang shaleh yang engkau ridhai. Berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang Muslim.” (QS. Al-Ahqaf : 15)

Usia 40 tahun disebutkan dengan jelas dalam ayat ini. Pada usia inilah manusia seharusnya mencapai puncak kehidupannya baik dari segi fisik, intelektual, emosi, maupun spiritualnya. Ia benar-benar telah meninggalkan usia mudanya dan melangkah ke usia dewasa yang sebenar-benarnya.

Salah satu keistimewaan usia 40 tahun tercermin dari sabda Rasulullah SAW, “Seorang hamba Muslim apabila usianya mencapai 40 tahun, Allah akan meringankan hisabnya (perhitungan amalnya).” (HR. Ahmad).

Hadis ini menyebutkan bahwa usia 40 tahun merupakan titik awal seseorang memiliki komitmen terhadap penghambaan kepada Allah SWT sekaligus konsisten terhadap Islam, sehingga Allah pun akan meringankan hisabnya. Inilah keistimewaan orang yang mencapai usia 40 tahun.

 

Akan tetapi, usia 40 tahun merupakan saat di mana orang harus lebih berhati-hati. Ibarat waktu, orang yang terjebak di usia 40 tahun sudah pasti memasuki periode senja.

Sahabat Rasulullah SAW Abdullah bin Abbas mengatakan, “Barangsiapa mencapai usia 40 tahun dan amal kebajikannya tidak mantab dan tidak dapat mengalahkan amal keburukannya, maka hendaklah ia bersiap-siap ke neraka.”

Kembali ke duniawi, sejumlah pakar keuangan pun menyarankan pada usia 40 tahun sebaiknya melupakan impian membeli mobil mewah, rumah idaman, liburan yang 'wah'. Disarankan agar orang di usia ini sudah menyiapkan dana pensiun. Jika usia di atas 40 tahun nama dana pensiun terlalu sedikit atau mepet, maka hal itu akan sangat riskan saat menjalankan hari demi hari ke depan.

Life begins at 40 begitulah ungkapan yang sering didengungkan orang-orang Barat. Bahwa pada usia inilah manusia mencapai puncak kehidupannya, baik dari segi keuangan, intelektual, emosi, maupun spiritualnya. Tanda kematangan tampak dalam kepemimpinan seseorang pada keluarga, kerabat, dan kehidupan sosial di masyarakat. Namun, tak semua orang seberuntung apa yang ditulis ungkapan dari Barat itu.

Pun tak semua orang beruntung mampu menyiapkan dana pensiun. Sejumlah eks karyawan 7-Eleven yang hingga kini belum mendapat pesangon mengaku kesulitan mencari pekerjaan setelah PT Modern Sevel Indonesia memutuskan hubungan kerja (PHK) tahun lalu. Mereka rata-rata terkendala usia saat melamar pekerjaan baru. Hingga pekan lalu, mereka masih berunjuk rasa menuntut uang pesangon yang belum diterima.

 

Sebut saja Yudi (45 tahun), Rachmat (50), dan Yadi (40). Setelah di-PHK pertengahan 2017 lalu, mereka belum juga mendapat pekerjaan baru. Akhirnya mereka memilih mendaftar jadi pengemudi ojek online. Bisa diduga mereka belum menyiapkan dana pensiun, menjalankan hari demi hari saja mereka harus tetap bertarung di jalanan.

 

Orang-orang seperti Yudi, Rachmat, dan Yudi, tentu tak sendiri. Di sekitar kita, bisa ada ratusan orang, ribuan, ratusan ribu, atau jutaan orang, yang bernasib sama. Inilah realita. Dunia nyata.

 

Bukan seperti sepak bola dunia yang terasa seperti mimpi dan dongeng, tentang kisah indah stadion megah, gaya hidup pesepak bola yang wah, ataupun aksi brilian pesepak bola di layar kaca yang membuat semingrah, tempat orang-orang awam sejenak melupakan kesulitan hidup. Melupakan usia yang kian bertambah.

 

Tak semua orang memang seberuntung para pemain sepak bola saat usia telah menginjak 40 tahun.

*) Jurnalis Republika.co.id

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement