Sabtu 24 Feb 2018 05:19 WIB

Kisah Seorang Bakal Calon Presiden

Pantas kedudukan itu jadi rebutan walaupun negara susah.

Pesawat Kepresidenan.
Foto: Antara/Yusran Uccang
Pesawat Kepresidenan.

Oleh: Ilham Bintang

Ada baiknya mengingat pesan orang-orang  tua jaman dulu kalau ingin memilih calon pemimpin. Pesan yang bersumber dari Hadist Nabi Besar Muhammad SAW itu mengingatkan  mengenai dua golongan yang diwanti-wanti jangan dipilih jadi pemimpin. Golongan pertama : orang yang terlalu mau. Golongan  kedua : orang yang tidak mau.

Orang yang terlalu mau pasti memiliki agenda tersembunyi. Mudah khianati amanat orang banyak. 

Untuk bisa terpilih, orang itu akan mengumbar janji semanis gula. Padahal, secara akal sehat mustahil bisa ditunaikan. Golongan ini juga akan menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan. Perlengkapannya, intrik, fitnah, jegal, sampai ancaman pembunuhan.

Golongan yang kedua, pasti tidak bisa dimintai pertanggungjawaban. Mustahil  akan bekerja  sepenuh hati. Akan menyalahkan pihak lain yang menggugatnya dengan berkilah kenapa dulu memaksa dia jadi pemimpin.

Kini waktunya akan Pilkada, dan Pilpres. Indonesia kembali memasuki tahun politik. 117 pasang kepala daerah, bupati, walikota sampai Gubernur akan berkompetisi merebut kursi nomer satu dan dua di daerahnya masing-masing. Empat belas Partai peserta Pemilu juga sudah memulai mencari dukungan rakyat.

Begitupun dengan bakal calon Presiden dan bakal calon Wakil Presiden mulai marak digadang-gadang, meski Pemilu serentak baru tahun depan dilaksanakan.

 Sampai Jumat  (23/2)  pagi ponsel saya telah menerima "penawaran" berupa gambar pasangan bakal calon presiden dan wakil presiden. Jumlahnya belasan. Tapi hampir semua penawaran itu, capresnya didominasi satu sosok , sedangkan wapres belasan sosok dari beragam latar belakang.

Saya tidak mengatakan mereka itu termasuk golongan pertama atau yang kedua. Saya bisa menduga, sosok-sosok yang mengincar posisi wapres tidak mau repot dan capek. Karena itu tidak tampak memiliki semangat petarung untuk menembak posisi orang nomer satu. Kemungkinan besar mereka sudah terima janji untuk posisi itu, dan itu sudah cukup baguslah untuk orang yang kerja politiknya memang kurang menonjol.

                                                                    ****

Soal janji kepada 8000 orang

Ini true story. Boleh tak percaya tapi nyata. Setting peristiwa tahun 2004. Waktu itu, Pilpres pertama yang diselenggarakan secara langsung di negeri kita. Semua parpol mulai mengusung ketua umumnya. Yang menjadi sorotan  waktu itu,  Golkar.

Berhubung kala itu ketua umumnya, Akbar Akbar Tanjung, tersandera masalah hukum, maka Golkar memilih cara konvensi untuk menjaring calon yang bakal diusung jadi Presiden.  Calon boleh dari luar Golkar. Peminatnya banyak. Aktor Anwar Fuady salah satu pesertanya.

photo
Aktor film, Anwar Fuadi, di dalam pesawat terbang. (foto Ilham Bintang)

Anwar tercatat satu-satunya aktor Indonesia sepanjang sejarah perfilman dan juga sejarah pemilu yang menjadi calon presiden lewat  konvensi. Dia mau meniru jejak rekam Presiden AS Ronald Reagan, serta Presiden Philipina Estrada.  Dari lokasi syuting ke Istana Presiden.

Dibandingkan peserta konvensi lain, Anwar Fuady paling aktif sosialisasi. Tiap jam muncul di layar televisi melalui program infotainmen. Maklum dia aktor terkenal, ketua organisasi artis sinetron, dan program infotainment lagi booming waktu itu.

Satu kali dalam perjalanan menghadiri Hari Pers Nasional di Palangka Raya, Kalimantan Tengah, kami menumpang pesawat pribadi  Surya Paloh. Boss besar group Media Indonesia ini juga bakal calon presiden di konvensi Golkar. Pria berjanggut  lebat itu bahkan tercatat sebagai penggagas acara konvensi Golkar.

Mendekati Palangkaraya, dapat informasi cuaca buruk di sana. Pesawat tidak bisa mendarat. Di sarankan mendarat sementara di dua bandara terdekat: Pangkalan Bun atau Banjarmasin. Pesawat yang kami tumpangi memilih mendarat di Banjarmasin.

Semua penumpang terkejut begitu  pesawat mendarat. Ada penyambutan luar biasa dari Muspida setempat. Karpet merah digelar dari bawah tangga pesawat hingga pintu Ruang VVIP. Tarian selamat datang digelar.  Beberapa anggota rombongan mendapat pengalungan bunga.

Anwar Fuady pertama mendapat berkah itu. Dia melirik saya. Wajahnya memancarkan kebanggaan  dan kebahagiaan. "Rupanya begini enaknya jadi presiden," bisiknya.

"Baru bakal calon saja sudah begini penyambutannya. Pantas kedudukan itu jadi rebutan walaupun negara susah," sambungnya sambil berkelakar. Dia memang jago kelakar.

Di Ruang VVIP tersedia pelbagai jenis makanan dan minuman. Para penerima tamu bungkuk-bungkuk melayani tamu.

Seorang pria berseragam ditanya oleh Anwar Fuady . "Saya kepala pangkalan udara di sini Pak," sahutnya.

"Bagus. Terima kasih atas penyambutannya yang luar biasa ini," kata Anwar lagi sambil mengamati pria berseragam tadi.

"Siap-siap yah jadi KSAU," janji Aktor pemeran sinetron " Tukang Bubur Naik Haji" itu.

Tidak tahan menahan geli melihat ulah Anwar, saya pamit ke belakang. Di toilet saya seperti orang gila, tertawa terpingkal-pingkal sendiri.

                                                             *****

Beberapa menit kemudian saya kembali ke Ruang VVIP. Saya tertegun mendapati  tiba- tiba ruangan itu sepi. Pejabat dan tim penjemput berikut belasan penari yang menyambut tadi tak terlihat lagi. Yang tinggal di ruangan rombongan saja. Ada apa?

Hasil investigasi menemukan fakta rupanya terjadi salah komunikasi. Tim penjemput  tadi rupanya untuk menyambut rombongan Presiden RI Megawati. Pesawat yang ditumpangi Megawati untuk menghadiri HPN juga menghadapi cuaca tak bersahabat di Palangka Raya. Makanya dialihkan ke Banjarmasin. Namun tak jadi melakukan pendaratan di Banjarmasin. Cuaca di Palangkaraya membaik. Dipersilahkan mendarat.

Singkat cerita,  Anwar Fuady gagal meraih dukungan dalam Konvensi Golkar. Pasangan SBY dan Jusuf Kalla memenangkan Pilpres pertama secara langsung.

Setelah itu, saya bertemu Anwar Fuady. Dia tetap ceria dan bangga dengan pengalamannya sebagai aktor pertama yang berani maju untuk jadi Presiden.

"Saya juga bersyukur Pak tidak jadi Presiden," katanya. Kenapa? Tanya saya ke Anwar. Dia menjawab begini:

"Ingat ada 8000 orang yang saya janjikan jabatan. Untuk kursi Wapres aja saya  janjikan  kepada 250 orang. Sebelum dilantik mungkin saya sudah mati dibunuh banyak orang Pak," dalihnya.

Saya tidak tahu ke dalam golongan manakah Anwar Fuady dapat dimasukkan dalam pesan orang tua jaman dulu dan hadist Nabi.

Tapi jadi Presiden itu enak bukan? Ya walaupun hanya sekedar bakan calon (balon).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement