Kamis 04 Jan 2018 05:37 WIB

"Artis dan Narkoba"

Ilham Bintang dalam sbuah acara diskusi di TVOne
Foto: istimewa
Ilham Bintang dalam sbuah acara diskusi di TVOne

Oleh: Ilham Bintang, Pimred dan Pemilik Media 'Cek And Ricek"

Professi artis itu sangat terbuka, talent dari mana-mana, dan datang dari pelbagai latar belakang.

Dulu, sutradara kondang Putu Wijaya di zaman booming film Indonesia tahun 80-an pernah menyebutkan dunia film Indonesia bagai "mesin pengisap debu", menyedot segala macam, mulai dari yang berbakat sampai pecundang.

Dan, di zaman sekarang apalagi: lebih seratus tiga puluh judul film bioskop diproduksi tiap tahun, dan lebih 200 ribu jam tayang sinetron dan program televisi sejenisnya. Bisa dibayangkan riuh dan gaduhnya orang- orang yang terlibat di sana.

Wartawan juga professi terbuka. Namun, bedanya dengan artis ada persyaratan pendidikan minimal serta ujian kompetensi yang mesti dipenuhi sebelum seseorang diperkenankan beroperasi sebagai wartawan. Demikian juga untuk memangku jabatan publik. Begitu pun tidak terbebas dari bahaya narkoba. Kita tahu penyalahgunaan narkotika ini menyasar hampir seluruh profesi dan golongan yang rata-rata rekrutmennya ketat. Apalagi artis.

Catatan kedua saya, memang kalau artis tertangkap tangan menggunakan narkoba akibatnya fatal. Sorotan masyarakat yang direfleksikan berita media, sangat keras tekanannya. Sebagian masyarakat memang ada yang terlanjur menjadikan artis idolanya sebagai panutan. Karenanya kalau artis salah, reaksi kecewa dan marah juga cepat diutarakan dan berhari-hari.

Catatan ketiga saya, dibalik citra kecemerlangannya, sesungguhnya hidup artis itu menderita. Hidup ditentukan oleh citra yang dibentuk oleh kebanyakan masyarakat sendiri. Artis harus berlimpah kekayaan. Rumah dan mobil harus keren, makan di restoran mewah, plesir ke Eropah, tas dan sepatu dari kulit rusa. Ia harus kelihatan cantik selamanya, sehat selamanya, bahagia selamanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement