Jumat 23 Feb 2018 18:10 WIB

Jembatan Putus, Warga Dusun Pikul Motor Seberangi Sungai

Setiap hari, ada sekitar 20-an sepeda motor yang harus diseberangkan.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
Sejumlah siswa menuruni titian darurat untuk menyeberangi Sungai Jragung.
Foto: Bowo Pribadi.
Sejumlah siswa menuruni titian darurat untuk menyeberangi Sungai Jragung.

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Sehari setelah putusnya Jembatan Sunut, aktivitas warga Dusun Sapen dan Dusun Borangan, Desa Candirejo, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, kembali seperti semula. Warga yang bergotong royong menyeberangkan sepeda motor dengan cara diusung dengan batang kayu, menjadi pemandangan yang lumrah di saksikan di wilayah dusun tersebut.

Terutama pada pagi hari, saat warga akan mengawali aktivitas mereka. "Sekarang kembali seperti dulu, kalau sepeda motor mau menyeberang, harus dipikul beramai-ramai," kata Setia Budi (30), salah seorang warga Borangan, Jumat (23/2).

Ia mengatakan, pada pukul 06.00 WIB, biasanya sudah ada lima hingga enam orang warga, terutama para pemuda, yang berada di bawah jembatan itu. Mereka merupakan warga yang siap membantu memikul kendaraan roda dua untuk menyeberang Sungai Jragung.

Setiap hari, ada sekitar 20-an sepeda motor milik warga yang harus diseberangkan. "Biasanya sepeda motor siswa sekolah atau sepeda motor warga Borangan maupun warga Sapen yang akan berangkatke tempat kerja masing-masing," jelasnya.

Untuk menyeberangkan puluhan sepeda motor ini, lanjut Budi, mereka tidak memungut biaya. Karena ikhtiarnya untuk membantu warga agar sepeda motornya bisa menyeberang.

Sedangkan para pengendaranya masih bisa menyeberang melalui Jembatan Sunut, walaupun di ujung konstruksi yang ambrol, mereka harus meniti akses darurat yang dibuat warga, Kamis (22/2) kemarin.

"Kendati begitu, beberapa pemilik sepeda motor ada yang mengapresiasi kami dengan memberikan sedikit uang untuk sekadar membeli air minum atau makanan kecil," ujarnya.

Salah seorang siswa, Rizal Kurniawan (15) mengaku meski sepeda motornya harus diseberangkan dengan cara dipikul, pembuatan akses darurat pada ujung jembatan yang ambrol banyak membantunya.

Karena warga masih bisa memanfaatkan jembatan. Jika tidak ada titian darurat ini, maka harus menyeberang dengan berjalan di tengah arus Sungai Jragung. "Sehingga harus melepas seragam dan sepatu agar tidak basah," kata dia.

Ia juga mengakui, pada Kamis, ia terpaksa tidak bisa masuk sekolah akibat putusnya Jembatan Sunut ini. Ia sudah menghubungi sekolah melalui telepon dan memberitahukan penyebab ketidakhadirannya.

Bahkan, pagi ini, guru sekolah juga mengecek langsung dan memastikan bahwa jembatan yang setiap hari menjadi akseskami ke sekolah memang rusak (putus)," ujarnya.

Jumino (57), warga Desa Jragung menambahkan, jembatan ini menjadi satu-satunya sarana penyeberangan warga Dusun Sapen dan Borangan. Jembatan ini juga menjadi satu-satunya penghubung Kabupaten Semarang dan Kabupaten Demak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement