Jumat 23 Feb 2018 09:00 WIB

Dedi Mulyadi Ingin Kerajinan Kearifan Lokal Masuk Kurikulum

Agar generasi muda bisa mempelajari dan mewarisi bakat alamiah dari para perajin.

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Rahmat Santosa Basarah
Cawagub Jabar Dedi Mulyadi saat menempa perkakas pertanian di rumah produksi di desa Kutagandok, Karawang, Kamis (22/2)
Cawagub Jabar Dedi Mulyadi saat menempa perkakas pertanian di rumah produksi di desa Kutagandok, Karawang, Kamis (22/2)

REPUBLIKA.CO.ID,KARAWANG -- Calon Wakil Gubernur Jabar, Dedi Mulyadi, mendorong supaya berbagai kearifan lokal yang menghasilkan produk berbasis budaya masuk dalam kurikulum pendidikan. Salah satunya, pembuatan kerajinan perkakas pertanian. Saat ini, warga yang membuat perkakas untuk pertanian semakin minim. Karenya harus segera dilestarikan. "Hari ini, saya bertemu dengan perajin perkakas pertanian asal Desa Kutagandok, Kecamatan Kutawaluyaz Karawang. Saya sangat senang, masih ada warga yang punya keahlian membuat perkakas pertanian ini, " ujar Dedi, kepada Republika, Kamis (22/2).

Menurut Dedi, kerajinan seperti ini harus dilestarikan. Makanya, kerajinan ini harus masuk dalam kurikulum pendidikan. Agar generasi muda bisa mempelajari dan mewarisi bakat alamiah dari para perajin ini. Jika tak dilestarikan, lanjut Dedi, kerajinan membuat perkakas pertanian akan hilang. Anak-anak muda, hanya tinggal mendengar namanya saja. Mereka tidak akan pernah tahu, bagaimana proses membuat perkakas dari bahan logam tersebut."Untuk menjaga supaya tidak musnah, kerajinan yang sangat langka ini harus segera dimasukan dalam kurikulum sekolah," ujarnya.

Dedi yang berpasangan dengan Cagub Deddy Mizwar ini, tak menyangka dirinya akan bertemu dengan perajin perkakas pertanian favoritnya. Puluhan tahun yang lalu, di wilayah Purwakarta, Subang dan Karawang, ada satu produk perkakas pertanian yang sangat terkenal.Yaitu mereknya Waja Selap. Perkakas pertanian produk Waja Selap ini, banyak macamnya. Ada sabit, cangkul, dan golok. Rupanya, perkakas ini diproduksi di Kutawaluya, Karawang.

Perkakas merek Waja Selap ini banyak yang membeli. Seperti, goloknya. Alasan saat itu banyak petani membeli golok Waja Selap ini, sambung Dedi, karena kemiringan dan ketajamannya sangap pas. Bahkan, sudut gagang pegangannya mencapai 20 derajat. "Goloknya ringan, tapi tebasannya sangat tajam. Makanya, zaman saya masih sekolah golok Waja Selap difavoritkan warga Subang, " ujar Dedi.

Begitu pula dengan cangkul dan sabitnya. Perkakas ini banyak dicari oleh petani dan masyarakat pada umumnya. Ternyata, perkakas ini merupakan produk dalam negeri yang diciptakan Nerman, warga Kutawaluya, sejak 70 tahun yang lalu. "Kini, usaha Kakek Nerman pembuat perkakas pertanian, dilanjutkan oleh cicitnya. Saya sangat bangga, masih ada generasi yang meneruskan kerajinan berbasis kearifan lokal ini," ujarnya.

Sementara itu, Cicit Nerman pembuat perkakas pertanian, Dian Mardiana (45 tahun), mengaku, saat ini perkakas yang dibuatnya sudah kalah bersaing dengan perkakas buatan pabrik. Karenanya, warga yang memesan perkakas ini sudah sangat jarang. Berbeda saat zaman kejayaannya dulu. Hampir seluruh masyarakat di wilayah Purwakarta, Subang, Karawang, membeli perkakas pertanian ke kakek buyutnya. "Tak hanya kesulitan pasar, kami juga sangat kesusahan mencari bahan baku yang berkualitas," ujarnya. Saat ini, dirinya kesulitan mendapatkan bijih besi yang bagus. Kalaupun ada harganya sangat mahal. Bahan baku yang mahal ini, berimbas pada tingginya harga perkakas tersebut. Saat ini, harga sabit rumput mencapai Rp 40 ribu. Harga cangkul Rp 180 ribu. Lalu harga golok Rp 150 ribu. N ita nina winarsih (ita)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement