REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG – Kedatangan Cawagub Jabar Dedi Mulyadi ke pasar tradisional Rengasdengklok, Kabupaten Karawang dijadikan ajang curhat oleh pedagang dan pembeli, Rabu (21/2). Kebanyakan pedagang dan pembeli mengeluhkan seputar kekumuhan pasar tradisional ke Dedi Mulyadi.
Urip (45), salah seorang pedagang sayuran Pasar Rengasdengklok, mengatakan, ketidaknyamanan pasarnya dipicu oleh tumpukan sampah. Setiap harinya, sampah tampak menumpuk di depan dan di samping pasar.
‘’Sehari-hari saya berjualan sayur, dan menghirup udara tidak sedap. Barangkali bapak ada solusi bagaimana agar tidak begini lagi,’’ ujar Urip ke Dedi Mulyadi di Karawang, Rabu (21/2).
Hal senada diungkapkan oleh Sumarni (38), pengunjung pasar Rengasdengklok, mengeluhkan kondisi pasar yang becek. Setiap harinya, terutama ketika hujan, sandal pengunjung pasti kotor.
‘’Sendal pasti kotor kalau habis belanja, becek pak,’’ ujar Sumarni. Dirinya meminta agar pasar tradisional disiapkan secara nyaman.
Cawagub Jabar Dedi Mulyadi mengatakan, permasalahan pasar tradisional rata-rata soal kebersihan dan kenyamanan. Kata dia, permasalahan itu merupakan kondisi umum yang terjadi di pasar tradisional. Karena itu, penataan pasar tradisional harus dilakukan secara holistik.
Kata Dedi, persoalan pasar tradisional harus segera dituntaskan. ‘’’Pasar tradisional itu memiliki peran pengembangan ekonomi kerakyatan. Jadi, potensinya yang besar harus diimbangi dengan pengelolaan yang serius, tidak boleh kumuh, dan harus nyaman,’’ ujarnya.
Dedi menyontohkan di Purwakarta. Saat menjabat sebagai bupati, pihaknya berhasil mengubah citra pasar tradisional yang kumuh menjadi nyaman. Misalnya Pasar Leuwi Panjang Purwakarta, kata dia, berhasil direnovasi menjadi Pasar Ki Sunda.
Desain artistik kios dan kebersihan lingkungan menjadi ciri utama pasar yang terletak di samping SMAN 3 Purwakarta. Selain itu, kata Dedi, seluruh kios diberikan secara gratis oleh Pemkab Purwakarta.
Pihaknya berjanji akan menerapkan konsep penataan pasar tradisional di Provinsi Jabar. Pemprov Jabar, kata Dedi, harus mengadvokasi pasar tradisional agar terus berkembang.
‘’Ya kiosnya harus gratis, agar para pedagang tidak berhubungan dengan bank untuk pinjaman modal, cukup modal barang saja. Rentenirpun sulit masuk,’’ tambahnya. Kata dia, pedagang cukup membayar retribusi kebersihannya saja.