Jumat 16 Feb 2018 15:56 WIB

Dinkes Papua Terus Pantau Pelayanan Kesehatan Asmat

Pemantauan dilakukan melalui aktivitas sistem intelijen atau kewaspadaan dini.

Anak-anak di Kabupaten Asmat.
Foto: REPUBLIKA/Muhyiddin
Anak-anak di Kabupaten Asmat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA — Dinas Kesehatan Papua terus memantau perkembangan pelayanan kesehatan di Kabupaten Asmat pasca-kejadian luar biasa (KLB) campak dan gizi buruk di kabupaten tersebut. Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) Dinkes Papua dr Aaron Rumainum mengatakan, pemantauan dilakukan melalui aktivitas sistem intelijen/kewaspadaan dini. 

Dinkes Papua juga memberlakukan respons cepat terkait pelaporan 23 penyakit berpotensi timbul KLB atau wabah yang rutin dilaporkan tiap minggu. "Kami terus memantau perkembangan pelayanan kesehatan di Asmat melalui sistem kewaspadaan dini dan respon cepat yang berbasis sistem terimplikasi dan terpantau sampai di pusat/Kementerian Kesehatan," katanya di Jayapura, Jumat (16/2).

Ia menjelaskan, aktivitas sistem intelijen atau sistem kewaspadaan dini dan respons cepat dapat rutin dilaporkan melalui short message service (SMS). Sistem pelaporan cepat terkait 23 penyakit yang berpotensi terjadi kejadian luar biasa atau wabah lewat SMS.

Aplikasi ini dari pusat ke puskesmas, dan laporan yang disampaikan langsung masuk Dinkes kabupaten, Dinkes provinsi dan langsung ke pusat yakni Kementerian Kesehatan. Aaron mengatakan, meskipun Bupati Asmat Elisa Kambu sudah menutup KLB campak dan gizi buruk pada 5 Februari 2018, akan tetapi kasus campak masih tetap ada, tidak bisa langsung dinyatakan sudah tidak ada.

Dia melanjutkan, gizi buruk juga tetap ada, hanya saja masih ada tim kesehatan dari TNI dan Kementerian Kesehatan yang terus melakukan pelayanan kesehatan di Asmat. "Satuan tugas (satgas) pelayanan kesehatan yang dikirim dari Dinkes Papua juga masih melakukan pelayanan kesehatan di Asmat, jadi pelayanan kesehatan Asmat bisa dikendalikan," ujarnya.

Dengan demikian, menurut dia, jika masih ada campak dan gizi buruk, bisa langsung ditangani. "Campak dan gizi buruk masih ada, tapi kematiannya menurun, itu saja," ujarnya. Khusus penanganan gizi buruk, tambah dia, tidak hanya Dinas Kesehatan tetapi juga melibatkan Dinas Pertanian, Dinas Ketahanan Pangan, dan Dinas Pekerjaan Umum terkait perumahan sehat dan air bersih.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement