Kamis 15 Feb 2018 07:14 WIB

Ustaz Yusuf Mansyur dan Rencana Membeli Saham Bank Muamalat

Rencana itu masih tahap awal sebab dibutuhkan dana besar untuk akuisisi Bank Muamalat

Rep: Fuji Pratiwi, Binti Sholikah/ Red: Budi Raharjo
 Logo besar Bank Muamalat terpasang di Muamalat tower, Kuningan, Jakarta, Ahad (4/6).
Foto: Republika/Prayogi
Logo besar Bank Muamalat terpasang di Muamalat tower, Kuningan, Jakarta, Ahad (4/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tiba-tiba saja kabar itu menyeruak. Ustaz Yusuf Mansyur berniat membeli saham Bank Muamalat. Pernyataan yang keluar dari Ustaz Yusuf Mansyur sendiri itu mengemuka setelah batalnya rencana PT Minna Padi Investama Sekuritas Tbk (PADI) untuk mengakuisi saham bank syariah pertama di Indonesia itu.

"Insya Allah, mudah-mudahan terwujud," kata Ustaz Yusuf melalui sambungan telepon pada Selasa (13/2) lalu. Ustaz Yusuf tidak main-main dengan perkataannya itu karena ia sedang mempersiapkan diri untuk mewujudkan keinginan itu.

Meski dana yang dibutuhkan untuk mengakuisisi saham Bank Muamalat tidak sedikit, RP 4,5 triliun sampai Rp 5 triliun, Ustaz Yusuf optimistis dana sebesar itu bisa terkumpul. Dana itu akan dikumpulkannya dari potensi umat melalui perusahaan investasi miliknya yang belum lama didirikan, PayTren Aset Manajemen.

"Tidak ada konsorium, saya mah gerakin aja. Kami masih menunggu skema dan sistem yang masih dirumuskan," ungkap Ustaz Yusuf. Ia optimistis dan berharap atas izin Allah SWT rencana ini bisa segera dilaksanakan.

Sebelumnya, rencana penambahan modal BMI melalui konsorsium investor yang digalang PT Minna Padi Investama Sekuritas Tbk (PADI) gagal dilakukan karena perjanjian jual beli bersyarat (CSSA) antara Minna Padi dan Bank Muamalat telah berakhir pada 31 Desember 2017. Selain itu, pembicaraan PADI dengan OJK juga masih belum rampung terkait rencana pembelian saham BMI itu.

Karena CSSA sudah berakhir, PADI tidak lagi menjadi pembeli siaga hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau right issue BMI. Meski begitu, PADI tetap berkoordinasi dengan OJK dan BMI. Pemilik Bank Muamalat pun kini mencari calon investor lain yang siap menyuntikkan modal.

photo
Ustaz Yusuf Mansyur

Bank Muamalat berencana menerbitkan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HEMTD) atau rights issue sebanyak 80 miliar lembar saham atau senilai Rp 4,5 triliun. Analis Pasar Modal, Satrio Utomo, menyatakan bpandangan positifnya terhadap rencana Ustaz Yusuf untuk membeli saham Bank Muamalat. Sebab, selama ini Ustaz Yusuf dinilai mampu membuat inovasi-inovasi baru, seperti mendirikan Paytren Aset Manajemen (PAM).

"Jangan bilang tidak mungkin untuk Ustaz Yusuf Mansyur. Beliau kan belum bilang mau beli berapa persen, semuanya belum tentu juga," ujarnya saat dihubungi Republika, Rabu (14/2).

Namun, menurutnya, rencana itu masih tahap awal. Ustaz Yusuf perlu menetapkan ingin membeli berapa persen saham yang bakal diterbitkan oleh Bank Muamalat melalui rights issue. "Kalau beliau menjadi pemegang saham tidak mayoritas yang pengaruhnya tidak signifikan apakah mau. Tapi kalau mau mayoritas ya beliau akan butuh dana besar," imbuhnya.

Karenanya, dia menilai, Ustaz Yusuf Mansyur perlu membuat mencari cara untuk memperoleh dana sebesar Rp 4,5 triliun. Jika tidak, Ustaz Yusuf perlu mencari dana dari luar negeri atau mengumpulkan dama umat.

Menurutnya, Bank Muamalat memang dalam kondisi butuh modal. Saat ini, industri perbankan syariah masih bagus dan memiliki prospek yang bagus. Namun, melihat kondisi negara-negara Islam terutama penghasil minyak masih belum bagus. Sebab, harga minyak masih di kisaran 50 dolar AS sampai 70 dolar AS per barel. Hal itu juga berdampak pada kondisi dalam negeri.

Jika Ustaz Yusuf masuk ke Bank Muamalat melalui PAM, lanjutnya, harus bisa membuktikan memiliki modal Rp 4,5 trilium. Jika tidak memiliki Rp 4,5 triliun, kemungkinnan Yusuf Mansyur akan mencoba membuat skema agar dapat masuk ke Bank Muamalat.

"Bisa jadi PAM hanya vihecle, nanti siapa yang akan masuk ke Bank Muamalat, duitnya dari mana, dalam atau luar negeri, atau ada orang kuat di Indonesia mau biayai dia. Karena Rp 4,5 triliun bukan jumlah kecil, meski kalau dari size bank tersebut tidak terlalu besar," ucap Satrio.

Satrio menambahkan, Ustaz Yusuf juga harus bersiap-siap dalam proses pengajuan izin di Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sebab, OJK sangat teliti dan akan melihat track record perusahaan yang akan menjadi investor bank.

"Ustaz Yusuf Mansyur harus membuktikan punya uang untuk beli saham Bank Muamalat. Dia kreatif dan network-nya kuat, tapi apakah ada yang mau dalam kondisi ekonomi seperti ini. Kalau pengusaha lokal ada yang mau beli Rp 4,5 triliun, saya kira akan membentuk konsorsium," terangnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement