REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Calon gubernur peserta Pemilihan Kepala Daerah Jawa Timur (Pilkada Jatim) Khofifah Indar Parawansa sowan atau bersilaturahim ke Kantor Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim di Jalan Kertomenanggal IV Surabaya, Rabu (14/2) malam. "Silaturahim ini untuk menyambung gagasan," katanya kepada wartawan di sela kunjungannya.
Khofifah menyebut silaturahim yang dilakukannya adalah bagian dari upaya yang diistilahkannya sebagai navigasi program. Mantan Menteri Sosial itu sesaat sebelum berkunjung ke Kantor Perwakilan Muhammadiyah Jatim memang baru saja meluncurkan program Nawa Bakti Satya, yaitu sembilan program unggulan yang akan dibaktikan jika terpilih menjadi Gubernur Jawa Timur. "Navigasi program ini sebagai pendalaman dari Nawa Bakti Satya, yaitu mem-break down dalam detail program," katanya, menjelaskan.
Karena sudah banyak sekali program, yang menurut Khofifah, secara konkrit telah dilakukan oleh Muhamamdiyah Jawa Timur. "Muhammadiyah telah melakukan banyak hal di bidang kesehatan, pendidikan, sosial, dan ekonomi, maka silaturahmi ini sekaligus navigasi program untuk Nawa Bakti Satya," ujarnya.
Format silaturahim ini, lanjut dia, tidak akan berhenti. "Besok saya navigasi lagi ke Brondong, Lamongan. Salah satunya bersilaturahim dengan nelayan setempat," ucapnya.
Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur M Saad Ibrahim menyambut baik kunjungan Khofifah. Dalam kesempatan itu, dia menjelaskan bahwa Muhammadiyah memahami politik sebagai nilai-nilai yang mempunyai kekuatan. "Semacam values empowering, semisal nilai-nilai yang terkait dengan keadilan. Dalam konteks itu Muhammadiyah menjadi bagian dari organisasi yang punya komitmen bagi masa depan bangsa, khususnya Jatim," katanya.
Terkait dengan nilai-nilai yang berkeadilan, lanjut dia, mengurus bangsa memang tidak bisa diselesaikan dengan satu elemen. "Pemerintah di satu sisi dan harus bersinergi dengan organisasi-organisasi keagamaan khususnya, termasuk muhammadiyah. Sinergi satu sama lain itu merupakan strategi penting," ucapnya.
Namun begitu, dia menandaskan, dari silaturahim ini bukan dalam konteks kemudian membangun kedekatan sedemikian rupa. "Walaupun kita jauh, yang penting nilai-nilai tadi teraplikasi dengan baik. Termasuk juga bagaimana kebijakan strategis harus menjadi pikiran-pikiran kita bersama," katanya.