Rabu 14 Feb 2018 13:57 WIB

Pernahkah Terpikir Sedotan Kecil Bisa Menghancurkan Bumi?

Sedotan plastik masuk 10 besar polutan laut.

Dwi Murdaningsih
Foto: dokpri
Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Dwi Murdaningsih*

Musim hujan tiba. Saat yang tepat untuk mengintrospeksi diri seberapa jauh banjir dan bencana alam yang kerap kali melanda memberikan pelajaran bagi manusia. Bahwa Bumi sudah semakin tua dan alam ini membutuhkan perlakuan yang lebih manusiawi.

Banyak hal-hal kecil yang bisa dilakukan manusia supaya bisa hidup lebih baik. Bayangkan jika hal kecil itu dilakukan secara massal dan berkesinambungan, barangkali bisa membantu agar dunia yang kita huni ini menjadi lebih baik.

Hal kecil yang bisa kita lakukan mulai dari diri sendiri dan sekarang adalah menghemat sumber daya yang ada di Bumi dan meminimalisasi efek negatif dari setiap benda yang kita gunakan sehari-hari. Berdasarkan riset Otoritas Lingkungan AS (EPA), setiap harinya manusia rata-rata menghabiskan 757 liter air untuk berbagai keperluan. Katakanlah mandi, mencuci dan berbagai keperluan lainnya. Dengan menghemat menggunaan air, artinya kita sedang berikhtiar agar bumi kita lebih lestari.

Mengurangi penggunaan mobil juga bisa membantu kelestarian bumi. Masih berdasarkan riset EPA, naik mobil hanya dua kali sepekan bisa mengurangi emisi gas rumah kaca rata-rata 721 kg per tahun. Bayangkan jika semakin banyak mobil yang 'dikandangkan' di rumah, tentu lebih banyak emisi yang bisa dihemat setiap tahunnya.

Cobalah simpan mobil Anda sementara waktu dan beralih menggunakan transportasi umum. Anda juga bisa berjalan kaki atau naik sepeda menuju kantor. Selain mengurangi emisi gas rumah kaca juga bisa meningkatkan kesehatan Anda.

Jika Anda seorang pekerja kantoran, Anda tentu tahu seberapa banyak kertas yang digunakan. Jika Anda mampu mendaur ulang atau menggunakan kembali kertas-kertas yang sudah terpakai, Anda juga telah membantu Bumi kita menjadi lebih baik. Dalam sebuah riset EPA, jika satu kantor terdiri dari 7000 pekerja, dan semua orang melakukan hal ini, ini akan setara dengan pengurangan 400 mobil di jalan.

Anda juga bisa mengganti lampu dengan produk yang lebih awet sehingga bisa mengurangi limbah dan menghemat energi. Anda bisa mencari tahu beberapa jenis lampu yang usianya 10 kali lebih awat dibandingkan lampu biasa dan menghemat 2/3 energi yang digunakan.

Jika belanja peralatan elektronik, lihatlah panduan efisiensi produk yang ditawarkan. Cari tahu juga berapa emisi karbon yang dihasilkan dari penggunan alat tersebut. Matikanlah lampu-lampu dan alat elektronik jika tidak digunakan.

Anda juga bisa memulai mengurangi penggunaan plastik. Hal kecil yang sering dilupakan tapi kontribusinya cukup besar adalah penggunaan sedotan plastik. Warga AS membuang 500 juta sedotan plastik. Angka 500 juta sedotan itu adalah angka rata-rata. Setiap orang bisa menerima 10 sedotan sehari dari berbagai minuman yang dibeli.

Sedotan memang terlihat kecil. Namun benda ini bisa jadi gerbang masalah yang lebih besar. Siapapun dan apapun status sosial seseorang, mereka bisa ikut menyelamatkan lingkungan dengan berhenti memakai sedotan.

Menurut Ocean Conservacy, sedotan plastik masuk 10 besar polutan laut. Berbahan dasar bahan bakar fosil, sedotan plastik nyaris tak mungkin didaur ulang. Ini jadi persoalan karena tiap hari delapan ton sampah dibuang ke laut tiap tahunnya. Berbagai alternatif dilakukan  untuk mengurangi penggunaan sedotan plastik, termasuk menggunakan sedotan yang tidak sekali pakai.

Namun, pencarian alternatif produk sedotan ramah lingkungan menemui jalan buntu. Aternatif produk yang lebih ramah lingkungan belum begitu berkembang dan harganya ratusan kali lebih mahal. Untuk sementara waktu, mengurangi penggunaan sedotan dari diri kita masing-masing mungkin bisa membuat Bumi kita menjadi lebih baik.

Pemerintah Inggris sudah berencana akan melarang penggunaan sedotan plastik pada 2024 mendatang. Bila delapan juta ton plastik dibuang ke laut tiap tahunnya, pada 2050 diprediksi jumlah pastik akan lebih banyak dari pada ikan.

*Menunda pemanasan global*

Ada sebuah studi yang cukup menarik. Ilmuwan dari University of California, San Diego melaporkan suhu matahari mungkin akan menjadi lebih dingin. Suhu matahari diprediksi akan lebih dingin sebesar 7 persen pada tahun 2050.

Menurut penelitian yang dipublikasikan di jurnal Astrophysical Journal Letters, pada 2050 kondisi matahari juga akan menyebabkan suhu lebih rendah di bumi. Fenomena yang disbeut 'grand minimum' ini sekilas menjadi solusi alami untuk pemanasan global. Namun para ilmuwan tidak menyepakati gagasan tersebut.

Para ilmuwan menjelaskan bahwa efek pendinginan dari grand minimum hanya bisa memperlambat pemanasan global, tetapi tidak bisa menghentikannya. Ilmuwan memperkirakan bahwa grand minimum mungkin hanya akan menghasilkan pendinginan bumi sekitar 0,25 persen antara tahun 2020 hingga 2070.

Jadi, manusialah yang masih harus berkontribusi untuk menjaga Bumi tetap nyaman untuk ditinggali... Mari kita menjaga Bumi

 

*) Penulis adalah Redaktur Republika.co.id

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement