Selasa 13 Feb 2018 22:14 WIB

Regenerasi Sektor Pertanian Dinilai Perlu Dilakukan

Lulusan sekolah pertanian diharapkan mau bekerja di sektor pertanian.

Area pertanian Banjir Kanal Timur, Cakung Timur, Jakarta Timur. Rabu (24/1).
Foto: Republika/Inas Widyanuratikah
Area pertanian Banjir Kanal Timur, Cakung Timur, Jakarta Timur. Rabu (24/1).

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK  -- Gerakan regenerasi sektor pertanian khususnya para petani dinilai perlu segera dilakukan. Saat ini para pelaku utama pertanian hampir lebih dari 70 persen masih berpendidikan rendah.

"Inilah kenapa inovasi teknologi pertanian sulit diterapkan karena mereka itu tidak memahami semua itu," kata Kepala Pusat Pendidikan Pertanian Gunawan Yulianto di sela acara Workshop Membangun Jejaring Kerja Dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri Pertanian Tahun 2018 di Depok, Selasa (6/2).

Dalam workshop yang bertema 'Gerakan Regenerasi Pertanian' tersebut Gunawan berharap para lulusan sekolah pertanian mau bekerja di sektor pertanian untuk memajukan sektor tersebut. "Jadi penting sekali regenerasi sektor pertanian karena kita tetap membutuhkan makan jika tak ada yang bekerja di sektor pertanian maka sulit untuk memenuhi pangan secara mandiri," katanya.

Gunawan mengatakan untuk itu workshop yang dilakukan untuk membangun jejaring para lulusan sekolah pertanian bisa langsung mendapat pekerjaan ataupun ada yang mau menjadi wirausaha di bidang pertanian bisa langsung mendapatkan pelajaran. "Para pelaku usaha di sektor pertanian juga bisa mendapat pekerja yang memang telah siap pakai," katanya.

Ia mengakui banyak para lulusan sekolah pertanian masih banyak yang enggan bekerja di sektor tersebut dengan berbagai alasan. Kegagalan kita adalah semua SMK pertanian masih hanya fokus pada keterampilan dan pengetahuan saja. Tetapi tidak membentuk sikap dan karakter budaya bertani ini yang harus kita tanamkan.

"Karena tidak diberikan pemahaman seperti itu maka mereka menjadi malas bekerja di sektor pertanian tersebut," jelasnya.

Untuk itu kata dia saat ini kita menyiapkan politehnik untuk sektor pertanian dengan menanamkan bagaimana kultur bertani agricultur betul-betul tertanam pada anak-anak.

"Jadi kita bukan hanya mengandalkan kompetensi tetapi karakter juga penting, karena dunia tenaga kerja pertanian membutuhkan karakter yang siap untuk bekerja," ujarnya.

Gunawan mencontohkan perkebunan kelapa sawit sangat membutuhkan para lulusan SMK pertanian yang bisa menjadi mandor kebun. kebutuhan ini sangat besar ada sekitar 3.000 lowongan pekerjaan tersebut. Ini baru sektor sawit belum lainnya seperti holtikultura.

"Lapangan kerja sektor pertanian sebenarnya luas namun banyak yang tidak mau bekerja di sektor pertanian. Coba lihat banyak yang lulusan pertanian tidak bekerja di sektor pertanian. Ini karena kita belum berhasil menanamkan jiwa pertanian pada anak kita," jelasnya.

Sementara itu Kepala Bidang Program dan Kerja Sama Pusat Pendidikan Pertanian, Siswoyo mengatakan kegiatan workshop ini untuk mempertemuakn pelaku pendidikan sektor pertanian dengan lapangan kerja di sektor tersebut. "Di sektor pertanian karakteristik kesempatan pekerjaan apa yang sesuai dengan minat siswa hal ini perlu diketahui," katanya.

Selain itu juga perlu diketahui kompetensi yang dibutuhkan seperti apa agar bisa disesuaikan dengan kurikulum sekolah. "Supply dari sekolah untuk mengisi sektor tenaga kerja pertanian harus sesuai. Jangan sampai sekolah belajar ini, tetapi dunia kerja membutuhkan yang lain," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement