Selasa 13 Feb 2018 17:35 WIB

Kota Malang Miliki Kampung Biogas

Kampung biogas dibangun bersama Universitas Brawijaya.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Nur Aini
Universitas Brawijaya  (UB) meresmikan kampung biogas di Sanan, Kota Malang, Selasa  (13/2).
Foto: Republika/Wilda Fizriyani
Universitas Brawijaya (UB) meresmikan kampung biogas di Sanan, Kota Malang, Selasa (13/2).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Universitas Brawijaya (UB) meluncurkan Kampung Biogas yang berada di RW 15, Sanan, Purwantoro, Kota Malang, Selasa (13/2). Peresmian kampung ini bagian dari program Doktor Mengabdi yang dimiliki UB.

Rektor UB, Mohammad Bisri mengatakan, pemilihan Sanan sebagai kampung biogas sebenarnya bermula dari pesan yang disampaikan ketua RW. Ketua RW sempat menceritakan kondisi banjir di kandang-kandang sapi yang berada di wilayahnya. Karena memiliki fokus di bidang perairan, Bisri pun meminta jajarannya untuk membantu mengatasi banjir di wilayah tersebut.

"Terus selanjutnya timbul ide untuk membangun kampung biogas di tempat ini," ujar Bisri seusai Peresmian Kampung Biogas di Sanan, Kota Malang, Selasa (13/2).

Secara ekonomis, Bisri menilai, kampung Sanan sudah tidak diragukan lagi tingkat kemandiriannya mengingat produksi tempe yang sudah sejak lama dijalani warganya. Namun dari aspek penataan kampung, Bisri menilai, masih harus diperbaiki. Untuk itu, UB juga nantinya akan mendatangkan para arsitektur untuk menata kampung lebih baik lagi. "Jadinya ada nilai wisatanya juga nanti dan makin sejahtera," kata Bisri.

Hingga saat ini, Bisri mengungkapkan, terdapat 72 kegiatan yang telah dilaksanakan di program doktor mengabdi. Sekitar Rp 4 miliar telah digelontorkan UB untuk membantu masyarakat, baik di Jawa bahkan hingga ke perbatasan Malaysia dan Nusa Tenggara Timur (NTT). "Dan kalau untuk di kampung Sanan ini kita anggarkan secara internal sebesar Rp 70 juta. Dan ini masih ada sisa untuk bisa membangun kampung biogas lainnya," ujarnya.

Di kesempatan sama, Lurah Kelurahan Purwantoro Kota Malang, Mochammad Hadi menjelaskan, program kampung biogas ini sebenarnya bermula dari pengajuannya pada UB. Setelah disurvei, UB akhirnya bersedia menata kampungnya menjadi pusat biogas. Apalagi, dia mengatakan, terdapat 600 sapi dari 30 kandang warga di sekeliling Kampung Sanan.

Menurut Hadi, selama ini warga yang sebagian besar memproduksi tempe membuang limbah ke sungai. Bahkan, kotoran sapi juga mengalami hal serupa. Oleh karena itu, dia menilai wajar jika sekali waktu mencium aroma tak enak di sekitar sungai di Kampung Sanan.

Dengan adanya kerja sama pembentukan kampung biogas, Hadi mengaku sangat mensyukurinya. Biogas nantinya tentu dapat dimanfaatkan warga sebagai teknologi bahan bakar. Bahkan, biogas bisa mengurangi beban biaya warga dalam memproduksi tempe atau kegiatan lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement