Senin 12 Feb 2018 12:55 WIB

Duet Capres-Cawapres Ini Berpotensi Menang Pilpres 2019

LSIN belum melihat ada duet nasionalis-nasionalis bakal menang pilpres 2019.

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Elba Damhuri
Seorang jurnalis memotret persentasi   terkait hasil survei menjelang Pilpres 2019 di Graha Dua Rajawali, Jakarta, Jumat (2/2).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Seorang jurnalis memotret persentasi terkait hasil survei menjelang Pilpres 2019 di Graha Dua Rajawali, Jakarta, Jumat (2/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) hampir pasti akan mencalonkan diri dalam pemilihan presiden (pilpres) 2019. Persoalannya sekarang adalah sosok yang akan Jokowi ajak untuk menjadi calon wakil presiden (cawapres).

Direktur Lembaga Survei Independen Nusantara (LSIN) Yasin Mohammad mengatakan, melihat dari sejarah pemilihan presiden sejak 1999, calon yang menang adalah mereka yang menggabungkan sosok nasionalis-religius. Gabungan dua latar belakang tersebut dianggap akan tetap kurang dalam pemilihan mendatang.

Baca Juga: Sosok Militerkah Calon Pendamping Jokowi?

Yasin menjelaskan, gabungan partai politik yang saat ini menjadi kendaraan Jokowi untuk pilpres sudah baik. Nasdem, Golkar, PPP, Hanura, dan PKPI yang telah mendeklarasikan dukungannya untuk Jokowi telah memberikan langkah awal dalam pemenangan pilpres mendatang.

"Sejauh ini kami tidak menemukan pasangan nasionalis-nasionalis yang dapat merebut kemenangan dalam pilpres maupun pilkada," ujar Yasin dalam diskusi "Berebut Cawapres Jokowi", Ahad (11/2).

Kemenangan pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Boediono yang disebut sebagai nasionalis-nasionalis sebenarnya juga tidak utuh. Sebab, dukungan dari kelompok religius kepada SBY saat itu sangat tinggi.

Yasin menuturkan, kondisi masyarakat saat ini yang sangat sensitif dengan isu SARA dan agama harus bisa ditanggapi Jokowi secara tepat. Ketika Jokowi salah menentukan calon, elektabilitas yang selama ini memenangkannya bisa berbalik dan memenangkan lawan yang mendapatkan sosok sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Pakar komunikasi politik Emrus Sihombing mengatakan, polarisasi di tengah masyarakat saat ini sangat kencang. Sensitivitas isu keagamaan menjadi hal yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan umum pada 2018 dan 2019. Khusus untuk Jokowi yang akan maju dalam pilpres 2019, mengambil kalangan religius menjadi alternatif paling memungkinkan untuk memenangkan pilpres. "Selama ini Jokowi sangat disudutkan dengan dianggap tidak proagama Islam," ujar Emrus.

Emrus mengatakan, perwakilan dari kalangan religius pun mesti mereka yang memiliki elektabilitas tinggi. Sebab, meski Jokowi selalu menang dalam hasil survei beberapa lembaga, nilainya tidak terlalu tinggi. Artinya, dia masih bisa disalip oleh lawan ketika calon wakil presiden (cawapres) yang diusung tidak terlalu dikenal masyarakat secara luas.

Direktur Voxpol Center Pangi Syarwi Cahniago mengatakan, selain sosok religius, Jokowi pasti akan mencermati sook lain yang bisa dari kalangan nasionalis, militer, atau sosok lain. Itu tergantung kebutuhan Jokowi setelah menilai gejolak di masyarakat. Sebab, bisa saja dia pun mencari sosok yang kuat di Indonesia timur, seperti ketika menggaet Jusuf Kalla (JK).

Pemilihan cawapres ini akan sangat menentukan Jokowi. Hal itu terlihat pada pilpres 2014 saat berhadapan dengan Prabowo. Pilihan tepat kepada JK membuat poling Jokowi ikut melambung karena JK adalah figur yang masuk ke berbagai kalangan masyarakat, mulai dari pengusaha, Muslim, hingga wilayah timur Indonesia.

"Kemungkinannya kecil Jokowi sebagai incumbent kalah dalam pilpres. Tetapi, jika dia sampai salah memilih calon wakil maka berat bagi Jokowi memenangkan pilpres 2019," ujar Pangi. (Pengolah: muhammad hafil).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement