Ahad 11 Feb 2018 17:31 WIB

Penutupan Jalur Puncak Buat Pedagang Menjerit

Pendapatan pedagang jalur Puncak menurun hampir 100 persen.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Indira Rezkisari
Suasana penutupan jalur Puncak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (7/2).
Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya
Suasana penutupan jalur Puncak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (7/2).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Sepekan belakang, Suprapto (50 tahun) banyak menganggur. Salah satu penjual di kawasan Masjid Attawun, Bogor, hampir tidak pernah lagi kedatangan pengunjung sejak jalur Puncak ditutup Selasa (6/2) akibat longsor besar pada Senin (5/2).

Dagangan Suprapto berupa makanan dan minuman ringan kini tertumpuk di lapaknya yang berukuran kurang dari dua meter persegi. "Nggak ada yang beli," tutur bapak dari dua anak ini kepada Republika.co.id, Ahad (11/2).

Suprapto mengatakan, jalur Puncak kini bagaikan kota mati. Tidak ada lagi wisatawan yang memadati jalan raya dan masjid. Lalu lalang kendaraan pun menjadi pemandangan yang sulit ditemui. Kalaupun ada, hanya kendaraan roda dua yang merupakan warga setempat.

Sejak Selasa, pendapatan Suprapto sontak menurun sampai 100 persen. Sementara biasanya, ia bisa mendapat pemasukan Rp 200 ribu sampai Rp 500 ribu per hari, kini Suprapto hanya mendapat Rp 50 ribu sampai Rp 100 ribu. Pembelinya masyarakat setempat atau petugas yang mengurus bencana.

Suprapto mengaku tidak ada yang bisa dilakukannya untuk mengatasi kerugian kecuali pasrah. Sebab, ia merasa tidak bisa mencegah bencana longsor maupun mengajak masyarakat untuk pergi ke Puncak dalam kondisi yang masih rawan saat ini.

Penutupan jalur Puncak sejak Selasa (6/2) akibat longsor memberi dampak signifikan kepada para pedagang. Selama hampir sepekan ditutup akses Gunung Mas hingga Ciloto, Cianjur, pendapatan mereka menurun pesat. Sebab, hampir tidak ada wisatawan yang berkunjung ke lapak mereka maupun membeli barang dagangan.

Selain Suprapto, pedagang lain yang juga terimbas dampak penutupan jalur adalah Ija (45 tahun). Ia mengakui, penurunannya hampir 100 persen. "Nggak ada yang beli satu pun selama beberapa hari terakhir," kata pedagang makanan dan minuman di area parkir Masjid Attawun ini.

Ija mengeluh, gorengan yang dimasaknya kini tidak lagi memiliki konsumen. Bahkan, ia kerap membawa pulang makanan yang sudah dimasaknya itu karena merasa mubazir.

Bukan tanpa perlawanan, Ija menuturkan, dirinya dan beberapa pedagang setempat meminta pemerintah untuk tidak menutup jalur Puncak total. "Terutama untuk pengendara sepeda motor yang sering jadi langganan kami," ucapnya.

Suprapto dan Ija adalah dua dari puluhan pedagang di sekitar Masjid Attawun yang sudah berjualan selama puluhan tahun. Berbagai kejadian telah mereka saksikan, termasuk longsor kecil yang kerap terjadi dan longsor besar terakhir.

Tapi, hal tersebut tidak lantas membuat Ija merasa cemas. Ija sudah terbiasa dengan bencana yang ada di sekitarnya dan tidak merasa terancam. "Longsor itu mah sudah biasa," tutur perempuan yang menolak direlokasi pemerintah setempat.

Ija menjelaskan, keberadaannya dan pedagang lain tidak berkontribusi terhadap kerusakan lingkungan maupun bencana di Puncak. Pembangunan yang terus berjalan dengan mengalihkan fungsi hutan merupakan penyebab utamanya.

Kepala Satuan Lalu Lintas (Kasatlantas) Polres Bogor, AKP Hasby Ristama, menuturkan, arus lalu lintas ke jalur Puncak memang mengalami penurunan sekitar 40 persen dibanding akhir pekan biasanya. Tren ini terlihat dari jumlah kendaraan yang melintas keluar di pintu Gerbang Tol Ciawi menuju Puncak.

Hasby menjelaskan jumlah kendaraan yang melintas ke jalur Puncak sebelum longsor mencapai 56.980 unit pada Sabtu (3/2), sementara pada Ahad (4/2) mencapai 56.829 unit. Jumlah ini mulai mengalami penurunan sejak longsor pada Senin (5/2) dengan kendaraan 35.228 unit tercatat lewat GT Ciawi.

Terakhir, sampai Sabtu, (10/2) tercatat sebanyak 37.537 unit kendaraan melalui GT Ciawi. Kondisi itu membuat jalur Puncak terlihat lengang dibanding biasanya. "Wisatawan luar Bogor juga jarang terlihat," tutur Hasby.

Tapi, Hasby tidak menampik bahwa penutupan jalur Puncak berimbas pada penumpukan kendaraan di jalur Ciawi-Sukabumi yang menjadi jalan alternatif. Banyak kendaraan pribadi memilih jalan itu untuk menghindari penutupan jalan yang diprediksi selesai selama 10 hari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement