Ahad 11 Feb 2018 10:24 WIB

Antisipasi Zaman, Suara Muhammadiyah Hadir Online

Suara Muhammadiyah salah satu media tertua di Indonesia.

Rep: wahyu suryana/ Red: Muhammad Subarkah
Gedung Suara Muhammadiyah.
Foto: Dokumen.
Gedung Suara Muhammadiyah.

REPUBLIKA.CO.ID,  YOGYAKARTA -- Disruptif media bisa dibilang merupakan salah satu fenomena terbesar yang terjadi pada awal masuknya era milenial. Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nasir, miliki sudut pandang tersendiri melihat fenomena itu.

Hadapi secara konstruktif. Itu merupakan jawaban pertama yang ke luar dari mulut Haedar, saat dimintai pandangannya tentang gelombang yang belakangan datang menggerus eksistensi media cetak di Indonesia.

"Hadapi secara konstruktif, bukan dengan reaktif," kata Haedar kepada Republika, Kamis (8/2) lalu.

Pandangan itu memang tidak sekadar pendapat seorang ketua umum dari salah satu organisasi Islam di Indonesia. Pasalnya, yang tidak banyak diketahui khalayak, Haedar Nasir sejak 2003 merupakan Pemimpin Redaksi dari Majalah Suara Muhammadiyah.

Suara Muhammadiyah sendiri bisa dibilang merupakan salah satu media tertua di Indonesia. Pasalnya, tahun ini majalah yang berawal sebagai pembawa kabar organisasi semata itu, telah memperingati usianya yang ke 103 tahun.

Ia melihat, ketika media elektronik dan digital semakin menguat di Indonesia, secara konvensional seolah media cetak akan mati. Namun, Haedar melihat celah dari itu, di mana media cetak tetap memiliki tempat tersendiri di masyarakat.

"Tinggal bagaimana kiat menyajikan pesan, informasi, dan sajian yang tetap aktual, tetapi dibutuhkan pembaca," ujar Haedar.

Menurut Haedar, itu bisa dilaksanakan dengan mengambil isu-isu spiritual, pemikiran dan pesan-pesan yang mnearik. Selain itu, sebuah media bisa memberikan asupan-asupan yang kaya nuansa dengan kemasan yang menarik.

Terkait masuknya manusia Indonesia ke era milenial, ia melihat itu sebagai suatu potensi. Haedar berpendapat, kehadiran media digital merupakan suatu keniscayaan jika tidak ingin ditinggalkan zaman kekinian.

"Suara Muhammadiyah membuka jendeal SM-Online serta berbagai produk digital lainnya," kata Haedar.

Walau masih memulai, ia meyakini ke depan langkah yang diambil itu akan meluas. Terlebih, Suara Muhammadiyah memiliki pengalaman mengembangkan usaha-suaha lain dalam Group-SM yang bervariasi, hingga jadi media yang besar dan bertahan 103 tahun.

Dengan Grha-SM yang kami bangun secara mandiri dan segera diresmikan 25 Februari 2018 mendatang, ia meyakini Suara Muhammadiyah akan lebih leluasa mengembangkan diri. Terutama, untuk menjadi salah satu pusat keunggulan Muhammadiyah.

"Keunggulan Muhammadiyah dalam menyiarkan Islam berkemajuan di abad kedua, Insya Allah diberkahi," kata Haedar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement