Ahad 11 Feb 2018 01:00 WIB

Hujan Ekstrem dan Bencana Ibu Kota

Banjir yang merendam permukiman memaksa warga mengungsi.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan melakukan kunjungan ke wilayah yang terkena banjir di Gang Arus, Cawang, Jakarta Timur, Selasa (6/2).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan melakukan kunjungan ke wilayah yang terkena banjir di Gang Arus, Cawang, Jakarta Timur, Selasa (6/2).

  • REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Desi Purnamawati *)

    Banjir melanda kembali sejumlah wilayah di Jakarta, Senin (5/2) malam, disebabkan meluapnya air Sungai Ciliwung. Hujan lebat yang turun sejak beberapa hari terakhir di Bogor menyebabkan sungai yang hulunya di wilayah itu tidak mampu lagi menampung debit air yang makin tinggi. Akibatnya, banjir kiriman tidak dapat dihindari sehingga permukiman warga, terutama yang berada di sekitar Ciliwung, terendam banjir.

    BPBD DKI Jakarta mendata wilayah yang terdampak banjir di Ibu Kota meliputi 141 RT dan 49 RW di 20 kelurahan pada 12 kecamatan di Jakarta Timur, Jakarta Selatan, dan Jakarta Barat.

photo
Suasana Gedung disertai awan mendung di Kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (29/11).

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat curah hujan di wilayah Puncak Kabupaten Bogor sejak 2 hari terakhir sebelum terjadi banjir tersebut termasuk kategori ekstrem. "Hujan ekstrem karena kemarin di wilayah Puncak, Bogor curah hujan mencapai 152 milimeter, dan Selasa, 6/2 tercatat 164 milimeter," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati.

BMKG menglasifikasikan curah hujan 5 milimeter per hari merupakan hujan sangat ringan, 5 sampai dengan 20 milimeter per hari merupakan hujan ringan. Hujan dengan curah 21 milimeter hingga 50 milimeter per hari masuk dalam kategori hujan sedang, 51 milimeter hingga 100 milimeter dikategorikan hujan lebat dan di atas 100 milimeter per hari masuk kategori sangat lebat.

Kondisi di wilayah Puncak Bogor tersebut diakibatkan adanya daerah pertemuan angin dan perlambatan massa udara sehingga menyebabkan terjadinya pertumbuhan awan Cumulunimbus (Cb) dominan di sekitar wilayah Bogor pada malam dan dini hari. Dari awan tersebut juga terdeteksi terjadi angin kencang di sekitar wilayah Puncak. Namun, beberapa hari sebelumnya wilayah Puncak Bogor tercatat terjadi hujan dengan intensitas ringan hingga sedang, bahkan mencapai intensitas tertinggi pada Senin (5/2) dini hari.

Dampak banjir

Banjir yang merendam permukiman memaksa warga mengungsi ke tempat yang lebih aman karena tidak memungkinkan untuk tetap tinggal di rumah mereka. Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan bahwa banjir tersebut menyebabkan sebanyak 6.532 jiwa mengungsi.

Warga yang mengungsi tersebar di 31 titik pengungsian di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Tercatat pengungsi di wilayah Jakarta Timur sebanyak 2.632 jiwa berada di 24 titik pengungsian, yaitu di Kecamatan Jatinegara 1.057 jiwa (14 titik) dan Kecamatan Kramat Jati 1.575 jiwa (10 titik). Pengungsi di Jakarta Selatan sebanyak 3.900 jiwa di tujuh titik, Kecamatan Pancoran 3.200 jiwa (empat titik) dan Kecamatan Tebet 700 jiwa (tiga titik).

Sebanyak 31 titik pos pengungsi telah dibuka oleh BNPB, BPBD DKI Jakarta, dan masyarakat di fasilitas umum, seperti masjid, aula, kantor kelurahan, kantor kecamatan, ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA), dan fasilitas pendidikan, yang telah dihuni dan siap menerima warga yang akan mengungsi.

"Saya memilih mengungsi karena kalau bertahan di rumah khawatir penyakit dan juga sulit untuk mengakses makanan serta kebutuhan lainnya," kata Desi salah seorang warga RT 11 Kelurahan Bidaracina Kecamatan Jatinegara Jakarta Timur.

Selain itu, karena listrik padam, sulit untuk tetap bertahan di rumah sebab tidak ada fasilitas air bersih serta penerangan. Bagi keluarga yang memiliki anak balita juga kesulitan untuk bertahan di rumah.

"Kami mengungsi sejak malam, sudah ada bantuan dari RT, didata dan dikasih roti, nasi sama minuman. Tapi, ya, masih kurang, apalagi untuk anak-anak butuh makanan kecil, seperti biskuit," ucapnya.

Meskipun ribuan rumah terendam banjir, ada juga warga yang tidak bersedia mengungsi dan tetap bertahan di rumah mereka untuk menjaga harta bendanya.

Yanto, warga RT 13 Kelurahan Bidaracina, Jatinegara, Jakarta Timur termasuk salah seorang yang tidak mengungsi karena menjaga rumah. Dia mengatakan bahwa sebagian besar perabotan rumahnya terendam banjir. Saat banjir mulai surut, dia bersama warga lainnya bergotong royong membersihkan rumah mereka dari sisa-sisa banjir.

Waspada bencana

BMKG memperkirakan potensi hujan dengan intensitas tinggi masih akan berlangsung hingga Maret 2018. "Sejumlah wilayah di Indonesia mengalami puncak musim hujan sampai Maret," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati.

photo
Air deras di pintu air Katulampa di Bogor, Jawa Barat.

Dwikorita menjelaskan, bahwa wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi memasuki puncak musim hujan. Begitu pula, sejumlah daerah lainnya yang berpotensi terjadi hujan dengan intensitas sedang-lebat hingga sepekan ke depan.

Daerah lain yang juga berpotensi hujan dengan intensitas tinggi, antara lain, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Papua, dan Papua Barat. Kondisi tersebut terlihat dari dominasi angin baratan yang cukup kuat sejak Januari 2018.

Selain potensi hujan lebat, angin kencang lebih dari 20 knot juga berpotensi terjadi di beberapa wilayah di Indonesia meliputi Laut Cina Selatan, Laut Natuna, Riau, Kepulauan Riau, Laut Jawa, Laut Banda, Samudera Hindia Selatan Jawa Tengah, NTB, dan Laut Arafuru.

Potensi angin kencang tersebut berdampak pada peningkatan gelombang laut dengan tinggi gelombang mencapai 2,5 hingga 6 meter di Perairan Utara Kepulauan Anambas, Natuna, Perairan Utara Singkawang, Laut Cina Selatan, dan Laut Natuna Utara. Kondisi cuaca yang termasuk ekstrem tersebut tentunya perlu diwaspadai karena berpotensi terjadinya banjir dan tanah longsor.

"Waspadai hujan disertai angin yang dapat menyebabkan pohon tumbang serta tidak berlindung di bawah pohon ketika terjadi hujan disertai petir," kata Dwikorita. Bagi warga yang tinggal di wilayah pesisir, tetap mewaspadai penaikan tinggi gelombang yang disertai angin kencang

*) Pewarta Antara

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement