Jumat 09 Feb 2018 16:44 WIB

Jalur Dieng-Banjarnegara Tertimbun Longsor

Lalu lintas dari Banjarnegara menuju Dieng harus memutar lewat Wonosobo.

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Nur Aini
Ilustrasi tanah longsor.
Foto: Antara/Adeng Bustomi
Ilustrasi tanah longsor.

REPUBLIKA.CO.ID, BANJARNEGARA -- Jalur antara Banjarnegara-Karangkobar yang merupakan jalur utama menuju Dieng, mengalami longsor di beberapa titik. Akibatnya, warga yang hendak melakukan perjalanan dari Banjarnegara menuju Dieng, harus memutar jalur melalui Wonosobo atau bisa juga melalui jalur alternatif Banjarnegara-Pasar gripit-Kalibening.

''Kami masih belum bisa membersihkan longsoran karena lahan di lokasi sekitar tebing yang longsor masih terus bergerak,'' kata Kepala BPBD Banjarnegara, Arif Rachman, Jumat (9/2).

Dia menyebutkan, longsor yang menimbun seluruh badan jalan tersebut, antara lain terjadi di Desa Paweden dan Desa Slatri Kecamatan Karangkobar. Kejadian longsor di Paweden terjadi Kamis (8/2) petang dan di Desa Slatri terjadi Jumat (9/2) siang. Bencana terjadi saat hujan deras melanda wilayah tersebut.

Dia menyebutkan, beberapa alat berat eskavator milik Dinas PU dan Binas Marga sebenarnya sudah berada di dekat lokasi. Namun sejauh ini pihaknya hanya bisa melakukan pemantauan mengamati perkembangan kondisi tanah.

''Kita belum bisa melakukan kegiatan, karenanya kondisi tanahnya masih terus bergerak yang ditandai dengan masih terus robohnya beberapa pohon yang berada di lokasi longsor. Kita tetap harus menomorsatukan keselamatan,'' katanya.

Dia juga menyebutkan, dari hasil foto udara diketahui bahwa area longsor di Desa Paweden mencapai area seluas 1,4 hektare. Wilayah longsoran yang memiliki panjang 217 meter, lebar 70 meter dengan ketinggian 8 meter, berupa lahan hutan pinus, kebun salak, dan pohon albasia.

''Jalan yang tertutup material longsoran, saat ini memiliki panjang 200 meter dengan ketebalan tanah hingga dua meter. Volume longsoran tanahnya kami perkirakan sekitar 300 meter kubik,'' ujarnya.

Namun dia memperkirakan, ruas jalan yang tertimbun longsoran masih akan terus bertambah mengingat tahan masih terus beregerak. ''Karena itu, kami juga sudah memberikan himbauan pada masyarakat agar tidak mendekat ke area longsoran,'' katanya.

Arif juga menyebutkan, tanah yang longsor di Desa Paweden menyebabkan bangunan rumah bagian belakang yang ditinggali keluarga Bihin Raharjo (40 tahun), menjadi ambruk. Untuk sementara keluarga Bihin diungsikan ke rumah saudaranya. Selain itu, rumah yang ditinggali keluarga Iksan (65) juga terancam longsor karena berada dekat dengan mahkota tanah yang longsor. ''Bangunan talud SDN 1 Paweden juga sudah ambrol,'' ujarnya.

Selain longsor di Desa Paweden, Arif juga menyebutkan bencana longsor terjadi di beberapa desa lainnya. Antara lain berupa longsor di Desa Banjarmangu, Kecamatan Banjarmangu, Kabupaten Banjarnegara. ''Longsoran juga menimbun jalan provinsi. Namun saat ini tanah tumpukan longsoran sudha dibersihkan sehingga sudah bisa dilalui kendaraan roda empat,'' katanya.

Selain itu, longsor terjadi di Desa Pekandangan, Kecamatan Banjarmangu. Longsor di desa ini menyebabkan dua rumah warga terdiri dari rumah Uminah (55 tahun) yang mengalami kerusakan di bagian dapur dan kamar tidur, serta rumah Partin (45 tahun) yang bagian belakangnya ambruk. Longsor juga terjadi di Desa Tlaga Kecamatan Punggelan, yang menimpa rumah Muryanto (40 tahun) dan mengancam empat rumah warga lainnya.

Demikian juga di Desa Rakitan Kecamatan Madukara, longsor menutupi akses jalan dan 1 unit rumah milik Yusuf Narto Suwito (70 tahun) terancam, dan di Desa Pingit Lor Kecamatan Pandanarum, longsor menimpa rumah keluarga Trisno (40 tahun). ''Tidak ada korban dalam kejadian bencana di berbagai lokasi tersebut. Namun warga yang rumahnya mengalami kerusakan atau terancam longsor, sudah kami minta mengosongkan rumahnya. Untuk sementara ada yang mengungsi ke rumah saudara atau tetangganya,'' ujarnya.

Sementara mengenai longsor di Desa Slatri Kecamatan Karangkobar, Arif menyebutkan, tebing longsor juga menimpa ruas jalan jalan raya Banjarnegara-Karangkobar. ''Sampai saat ini, kami masih menunggu tanah berhenti bergerak. Setelah tanah stabil, kami baru bisa melakukan pembersihan,'' katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement