Kamis 08 Feb 2018 17:06 WIB

Kepala Daerah Diminta Sinergi Tanggulangi Terorisme

Suhardi menekankan pentingnya peran pemd dalam mencegah penyebaran terorisme.

Ketua BNPT Suhardi Alius
Foto: BNPT
Ketua BNPT Suhardi Alius

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Suhardi Alius, meminta seluruh kepala daerah dan pimpinan tingkat daerah untuk bersinergi dalam penanggulangan terorisme. 

Suhardi menekankan pentingnya peran pemerintah daerah dalam mencegah penyebaran paham radikalisme dan terorisme. Menurutnya, BNPT saat ini telah membina para mantan narapidana terorisme, keluarga dan jaringan di berbagai daerah.

"Peran pemerintah daerah sangat dibutuhkan dalam tindak lanjut program pembinaan dan pengawasan tersebut di wilayah masing-masing," ujar Suhardi Alius saat menghadiri kegiatan Rapat Kerja Gubernur dengan tema “Optimalisasi peran Pemda dalam Penanganan Radikalisme, Terorisme dan Bencana” yang dilaksanakan oleh Kementerian Dalam Negeri Gubernur di Jakarta, Rabu (7/2).

Lebih lanjut, mantan Kabareskrim Polri ini memberikan gambaran kepada seluruh pimpinan daerah tentang potensi ancaman penyebaran paham radikalisme dan terorisme yang banyak menyasar kalangan anak-anak dan generasi muda. Pola indoktrinasi dan rekrutmen kelompok terorisme telah mengalami perubahan dengan pemanfaatan teknologi dan informasi di dunia maya. Banyak contoh generasi muda yang mengalami proses radikalisasi akibat penetrasi propaganda dan ideologi radikal di dunia maya.

Dalam mengantisipasi hal tersebut, BNPT telah melakukan berbagai program kontra radikalisasi semisal membentuk dan melatih duta damai dunia maya di beberapa provinsi untuk menyebarkan konten positif dan konten damai, melakukan diseminasi informasi dengan cara membuat lomba video kreasi pemuda dengan tema kebangsaan dan Bela Negara. 

Tantangan kepala daerah terkait terorisme menurut Suhardi adalah hadirnya para returnees atau kombatan yang kembali dari Irak dan Suriah. “Imbas pasca-ISIS itu kan ada rembesannya yakni kembalinya para kombatan ke negara masing-masing, termasuk di Indonesia. Salah satu contohnya adalah 18 orang yang kemaren kita jemput yang secara ideologi telah mengalami perubahan,” tuturnya.

Para returnees yang kembali ke negara masing-masing itu, menurut Suhardi, telah memiliki ideologi yang keras dan hidup di tengah masyarakat. Inilah tugas pemerintah untuk merangkul dan membina mereka untuk tidak lagi tersesar dalam pemahaman yang salah.

“Saya tegaskan para returnees ini menjadi tugas kita bersama termasuk kepala daerah, para gubernur untuk membina mereka dan tidak dimarjinalkan. Kalo semakin dimarjinalkan akan kembali pada ideologi semula,” ujar Suhardi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement