Selasa 06 Feb 2018 11:09 WIB

Dua Orang Warga Cimahi Kembali Terserang Difteri

Dr. Ars Agustiningsih, membenarkan adanya dua warga Cimahi yang terkena difteri.

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Winda Destiana Putri
Seorang pelajar SD tengah mendapatkan Imunisasi Difteri Tetanus (DT).  (ilustrasi)
Foto: Antara/Ari Bowo Sucipto
Seorang pelajar SD tengah mendapatkan Imunisasi Difteri Tetanus (DT). (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, CIMAHI -- Dua orang warga Cimahi, Liawati (42) warga Kelurahan Utama, Kecamatan Cimahi Selatan dan Elin Pahlevi (25) warga Kampung Pasir Kumeli, Kelurahan Cigugur Tengah, Kecamatan Cimahi Tengah, terkena penyakit difteri. Mereka saat ini mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) setelah sebelumnya dirawat di RSUD Cibabat.

Sebelumnya, seorang balita berusia 5 tahun, meninggal dunia akibat terserang difteri. Balita tersebut sempat mendapatkan penanganan perawatan dari RSHS. Namun, akhirnya mengembuskan napas terakhir.

 

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) pada Dinas Kesehatan Kota Cimahi, dr. Ars Agustiningsih, membenarkan adanya dua warga Cimahi yang terkena penyakit difteri. Pihaknya saat ini tengah menunggu hasil laboratorium memastikan penyakit yang diderita oleh keduanya.

 

"Ada dua warga lain yang terkena difteri. Sekarang sedang dicek hasil laboratoriumnya seperti apa. Kemarin kita dapat laporan tidak lengkap hanya positif saja," ujarnya, Selasa (6/2). Katanya, pasien bernama Elin sempat rawat jalan ke Poli THT RSHS sehingga kemungkinan besar bukan difteri.

 

Ia menuturkan, pihaknya menyakinkan agar tidak salah menetapkan status pasien. Oleh karena itu, harus mengantongi hasil laboratorium. Selain itu, saat ini belum dilakukan tindakan ADS dan belum dibahas oleh Komite Ahli.

 

Menurutnya, dengan masih dugaan suspect Difteri pihaknya sudah melakukan pengambilan apus tenggorokan terhadap lima orang terdekat yang melakukan kontak dengan kedua pasien. Mereka mendapat Eritromicin Antibiotik Provilaxis selama 7 hari sampai 10 hari dan diminum 4 kali dalam sehari sebagai bentuk pencegahan.

 

Terkait dengan upaya Outbreak Response Immunization (ORI), Ars mengatakan, pihaknya sedang membuat kajian epidemiologisnya. "Jadi dilakukan kajian dulu semua, kalau detailnya sudah lengkap, baru diajukan ke Dinkes Provinsi dan Kemenkes," katanya. Menurutnya, jika disetujui maka ORI bisa dilakukan namun bersifat lokal dan tidak seluruh Cimahi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement