Jumat 02 Feb 2018 19:59 WIB

Survei LSI: Prabowo Masih Penantang Utama Jokowi di Pilpres

Jokowi dan Prabowo disarankan bekerja bersama usai Pilpres 2019.

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Andri Saubani
 Peneliti LSI Adjie Alfaraby (Kanan) memberikan keterangan kepada media terkait hasil survei menjelang Pilpres 2019 di Graha Dua Rajawali, Jakarta, Jumat (2/2).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Peneliti LSI Adjie Alfaraby (Kanan) memberikan keterangan kepada media terkait hasil survei menjelang Pilpres 2019 di Graha Dua Rajawali, Jakarta, Jumat (2/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019, Prabowo Subianto diprediksi masih akan jadi calon terkuat pesaing Joko Widodo (Jokowi). Bila keduanya benar-benar kembali bertarung di 2019, mereka disarankan bekerja sama usia pertarungan.

Dalam paparan hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, peneliti LSI Adjie Alfaraby menjelaskan, survei membagi capres penantang Jokowi dalam tiga divisi berdasarkan popularitas. Popularitas dinilai penting karena menjadi modal awal para tokoh untuk bertarung.

Divisi 1 untuk capres yang popularitasnya di atas 90 persen. Dari nama-nama yang akan bertarung, hanya Prabowo Subianto yang masuk ke dalam Divisi 1 dengan tingkat popularitas Prabowo mencapai 92,5 persen.

''Penantang Divisi 1 hanya ditempati satu tokoh saja yaitu Prabowo Subianto, sepi,'' ungkap Adjie, Jumat (2/2).

Divisi 2 adalah kelompok untuk capres dengan popularitas antara 70-90 persen. Tokoh yang masuk dalam Divisi 2 ini hanya Anies Baswedan dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Popularitas Anies Baswedan sebesar 76,7 persen dan AHY sebesar 71,2 persen. ''Riuh Pilkada DKI tahun lalu menjadi panggung nasional bagi dua tokoh ini,'' kata Adjie.

Sementara Divisi 3 merupakan kelompok capres yang popularitasya antara 55-70 persen. Tokoh yang memenuhi kriteria ini hanya Gatot Nurmantyo dengan popularitas 56,5 persen.

Sayangnya sejak pensiun, kiprah Gatot memudar. ''Padahal penonton masih rindu dan bertepuk tangan menanti atraksinya,'' ungkap Adjie.

Bila Prabowo dan Jokowi akhirnya benar-benar bertemu kembali pada Pilpres 2019, LSI Denny JA melihat Partai Gerindra akan sangat diuntungkan. 2019 akan jadi kali pertama pemilu nasional serentak di mana dalam satu momen, pemilih mencoblos capres dan partai dalam pemilu legislatif. Besar kemungkinan pemilih mencoblos capres sekaligus mencoblos partai utama capres.

Menjadi kandidat terkuat penantang Jokowi, Prabowo otomatis melambungkan Partai Gerinda. Itu akan menjadi 'pemasaran' strategis bagi Gerindra sendiri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement