Jumat 02 Feb 2018 10:00 WIB

Pakar Iklim Nilai DIY Rawan Angin Kencang

perkotaan di DIY berpotensi alami angin kencang karena suhunya lebih tinggi.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Andi Nur Aminah
Angin kencang. Ilustrasi
Angin kencang. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,  SLEMAN -- Pakar iklim Universitas Gadjah Mada (UGM), Emilya Nurjani mengatakan, angin kencang rawan terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Ia berpendapat, itu banyak dikarenakan terjadinya tekanan rendah udara di DIY. "Terjadi tekanan rendah udara di DIY, sehingga rawan mengalami angin kencang," kata Emilya, Selasa (30/1) lalu.

Ia mengingatkan, udara bergerak dari tempat bertekanan tinggi ke tekanan rendah. Saat udara bergerak dari Asia dan Samudera Hindia ke arah Australia, maka sejumlah wilayah yang terlewati aliran udara berpeluang mengalami dampak angin kencang, termasuk DIY.

Prinsipnya, Emilya mengatakan, angin itu bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah, jadi yang memiliki suhu udara tinggi menjadi daerah tujuan angin. Karenanya, ia menilai daerah perkotaan di DIY berpotensi alami angin kencang karena suhunya lebih tinggi dari sekitar.

Emilya menekankan, kawasan padat bangunan beton, permukiman beratapkan seng, dan sepanjang rel memiliki kerentanan tinggi terjadi angin kencang. Hal itu dikarenakan banyak material yang mudah menyimpan panas. "Kalau banyak bangunan dan di sekitarnya tidak ada ruang, akan banyak turbulensi dan menimbulkan angin kencang," ujar Emilya.

Selain itu, kawasan dengan tutupan lahan yang kecil rawan timbul angin kencang. Maka itu, demi mengurangi dampak bencana angin kencang, Emilya mengimbau masyarakat agar selalu waspada saat terjadi hujan lebat apalagi disertai angin kencang.

Dia mengimbau untuk tidak berlindung atau berteduh di bawah pohon saat hujan lebat. Menurutnya, ini jadi salah satu pemahaman yang perlu dimiliki masyarakat. Emilya turut menekankan, penting dilakukan pemeliharaan terhadap pohon-pohon yang terlalu rimbun dan tua.

Langkah itu dilakukan untuk mengurangi risiko robohnya pohon-pohon saat hujan lebat. Ia menambahkan, edukasi kepada masyarakat tentang mitigasi bencana perlu dilakukan demi mengurangi resiko bencana angin kencang.

Menurut Emilya, edukasi mitigasi bencana harus didapatkan seluruh lapisan masyarakat, terutama kepada anak-anak. Pemberian pemahaman mitigasi bencana penting diberikan sejak dini, sehingga bisa lebih tangguh terhadap bencana. "Misalnya saja dengan memberikan kurikulum pengurangan resiko bencana yang dikembangkan, sesuai usia dan kebutuhan," kata Emilya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement