REPUBLIKA.CO.ID, BUKITTINGGI -- Warga di Kota Bukittinggi, Sumatra Barat (Sumbar), mengantre menggunakan teropong untuk mengabadikan gerhana bulan total Rabu (31/1) malam.
Teropong yang disiapkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Padang Panjang itu untuk mengamati peristiwa alam di pelataran Jam Gadang Bukittinggi. Warga bergantian mengambil kesempatan untuk memotret menggunakan telepon genggam melalui teropong.
Selain teropong, BMKG juga menyediakan layar infocus agar proses gerhana bulan dapat disaksikan oleh warga yang memadati objek wisata itu. "Karena ingin dapat gambar yang bagus apalagi ini peristiwa langka, jadi ikut ambil foto lewat teropong. Kalau dari layar kurang terlihat jelas," kata salah satu warga, Adil (19). Agar tidak mengganggu posisi teropong, petugas dari BMKG membantu memotret melalui teropong menggunakan telepon genggam milik warga.
Warga memotret fase gerhana bulan total di kawasan Taman Ismail Marzuki(TIM), Cikini, Jakarta, Rabu (31/1).
Kepala Stasiun Geofisika Padang Panjang, Rahmat Triyono mengatakan pengamatan gerhana bulan total yang dilakukan di pelataran Jam Gadang juga sebagai sarana edukasi bagi warga mengenai fenomena alam itu. Proses gerhana sudah dimulai pada pukul 17.49 WIB di mana pada waktu itu terjadi kontak pertama kali antara bulan dan bayangan bumi. Namun, proses ini tidak dapat dilihat di wilayah Sumbar karena bulan baru terbit pada pukul 18.28 WIB.
Bayangan bumi akan terus menutupi bulan hingga kemudian mencapai puncak gerhana pada pukul 20.29 WIB. Durasi gerhana mulai dari kontak pertama bulan dengan bayangan bumi hingga gerhana berakhir pada 23.09 WIB adalah lima jam 20 menit.
Sementara di lokasi berbeda, Shalat Khusuf dilaksanakan di masjid-masjid di daerah itu yang sebelumnyaa didahului oleh ceramah dan panduan pelaksanaan ibadah tersebut. Di Bukittinggi, pemerintah setempat memusatkan Shalat Khusuf di Masjid Agung.
Penampakan gerhana bulan, Super Blue Blood Moon