REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rektor Universitas Tarumanegara (Untar) Profesor Agustinus Purna Irawan mengatakan tak perlu khawatir dengan dibukanya peluang perguruan tinggi asing beroperasional di Tanah Air. Mahasiswa kalau mau ke luar negeri karena memang ingin tinggal di sana dan menimba ilmu di kampus sana.
"Tentu saja beda misalnya, Harvard yang di Amerika Serikat dengan yang di Cibinong," ujar Purna dalam jumpa pers keberangkatan 20 mahasiswa Untar ke Universitas Kun San Taiwan di Jakarta, Rabu (31/1).
Menurut dia, dengan beroperasinya kampus asing di tanah air maka terdapat ancaman dan juga peluang. Ancamannya karena perguruan tinggi asing akan membawa kualitas yang baik, kalau perguruan tinggi swasta (PTS) tidak siap maka akan menjadi ancaman.
"Sementara untuk peluang, kita jadi tahu seperti apa kualitas mereka. Selama ini kalau mau studi banding harus jauh ke Eropa atau Amerika, nah dengan keberadaan di sini maka bisa saling berbagi informasi akan mudah," ujarnya.
Untar sendiri, lanjut dia, siap untuk berkolaborasi dengan kampus asing. Selama ini pihaknya sering melakukan kerja sama dengan kampus asing. Saat disinggung mengenai apakah keberadaan kampus asing ini akan meningkatkan kualitas, Purna menjelaskan bahwa saat ini banyak PTS yang berusaha untuk meningkatkan kualitas.
"Kalau untuk PTS yang besar atau kuat tidak masalah, tapi yang kecil-kecil untuk hidup saja susah. Tapi ya memang, kalau untuk orang tuanya menengah kebawah agak sulit juga ke sana, tetap yang menanganinya PTS," papar dia.
Menurut dia, pasar dari kampus asing itu tidak akan mematikan kampus kecil karena tersegmentasi. Dengan demikian, kampus asing tidak mengambil semua pasar yang ada.
"Mahasiswanya mungkin saja kebanyakan nantinya mahasiswa asing, yang ingin bekerja di Indonesia. Saat ini, di Untar sendiri banyak mahasiswa asing yang kuliah di sini, karena mereka melihat Indonesia itu peluang kerja terbuka luas," jelasnya.