Rabu 31 Jan 2018 14:13 WIB

Gizi Buruk dan Campak di Asmat, Total 71 Korban Meninggal

Kemensos telah salurkan tiga ton bantuan ke Asmat.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Andri Saubani
Warga menunggu antrean saat berobat di Puskesmas Ayam di kampung Bayiwpinam, Distrik Akat, Kabupaten Asmat, Papua, Jumat (26/1).
Foto: Antara/M Agung Rajasa
Warga menunggu antrean saat berobat di Puskesmas Ayam di kampung Bayiwpinam, Distrik Akat, Kabupaten Asmat, Papua, Jumat (26/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Sosial Idrus Marham mengatakan, korban jiwa dari kejadian luar biasa (KLB) campak dan gizi buruk di Asmat, Papua, ada sebanyak 71 jiwa. Bantuan dari Kementerian Sosial (Kemensos) yang telah diberikan ada sebanyak tiga ton.

"Hari ini 71 (meninggal dunia). Kita akan monitor hari ini bagaimana perkembangan-perkembangannya," ujar Idrus di Kementerian Koordinator Bidang Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (31/1).

Ia juga menyebutkan, terakhir, pihaknya memberikan bantuan sebanyak tiga ton. Bantuan-bantuan itu terdiri dari makanan siap saji, biskuit, cokelat, dan malajan kecil lainnya untuk diberikan kepada anak-anak.

"Tetapi ada juga program lain yang akan dikembangkan lebih luas lagi, yaitu pengembangan masyarakat atau komunitas adat terpencil," terang dia.

Idrus menyampaikan, dalam satu-dua tahun ini, pihaknya sudah menyiapkan anggaran sebesar Rp 3 miliar. Kemensos pun sudah memulai program-program yang ada.

Ia menambahkan, dengan adanya pernyataan Presiden Joko Widodo terkait memungkinkannya dilakukan relokasi, pihaknya melakukan kajian. Dalam kajiannya itu ia memperhatikan kondisi wilayah di sana.

"Maka yang bisa kita lakukan adalah bagaimana supaya di beberapa tempat kita konsentrasikan dalam rangka membangun komunitas adat terpencil itu tadi," kata dia.

Pola hidup di lokasi KLB campak dan gizi buruk, ujar Idrus, tempat tinggalnya menyebar. Karena itu, ia ingin menyatukannya di satu tempat saja, tapi tentu ia akan melihat kondisi yang ada.

"Jadi terkonsentrasi pengembangan komunitas adat terpencil di beberapa tempat sesuai dengan kebutuhan yang ada," terangnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement