Selasa 30 Jan 2018 17:30 WIB

Duh, Sampah Plastik di Laut Dimakan Ikan Teri

Ikan yang dikonsumsi masyarakat pun terpapar sampah plastik.

Rep: Mas Alamil Huda/ Red: Indira Rezkisari
Petugas PPSU membersihkan sampah laut di kawasan Kali Adem, Jakarta Utara, Senin (1/1). Pembersihan ini dilakukan secara oleh petugas untuk menjaga kebersihan laut.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Petugas PPSU membersihkan sampah laut di kawasan Kali Adem, Jakarta Utara, Senin (1/1). Pembersihan ini dilakukan secara oleh petugas untuk menjaga kebersihan laut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Koordinator (Kemenko) Kemaritiman bekerjasama dengan Kedutaan Besar Norwegia, Kedutaan Denmark, World Bank serta Pemprov DKI mengatasi persoalan sampah di laut. Sampah di laut khususnya plastik keberadaannya sudah sangat mengkhawatirkan.

Deputi Bidang Kedaulatan Kemenko Kemaritiman Havas Oegroseno mengatakan, ada program khusus di bidang penanganan masalah sampah terutama sampah plastik di laut. Sebab, kata dia, berdasarkan data dari penelitian Lembaga Ilmu Pengetahun Indonesia (LIPI) keberadaan sampah plastik di laut Indonesia cukup mencengangkan.

"Kemarin LIPI buat satu studi yang menyimpulkan ada beberapa jenis plastik kita yang terurai hingga ukurannya 0,2 milimeter dan plastik yang ukurannya 0,2 milimeter ini sudah dimakan dikonsumsi oleh ikan teri," kata Havas di Pintu Air Manggarai, Jakarta Selatan, Selasa (30/1).

Menurutnya, kondisi ini cukup mengkhawatirkan. Ikan yang dikonsumsi masyarakat Indonesia itu terpapar sampah plastik yang membawa banyak dampak buruk. Jika ikan teri sudah makan plastik lantas masyarakat makan teri yang ada plastiknya, kata dia, hal itu bisa menimbulkan penyakit yang ada di tubuh manusia.

Havas mengatakan, survei yang dilakukan Universitas Hasanuddin di Makassar juga menemukan 28 persen ikan yang ada di pasar ikan mengonsumi plastik. Di Norwegia juga pernah ada kejadian ikan paus mati karena di perutnya berisi tas plastik. Artinya, kata dia, masalah sampah plastik di laut tidak hanya ada di Indonesia.

Dia mengatakan, ada beberapa jenis kerjasama yang sudah dilakukan dengan Norwegia, Denmark, World Bank dan Pemprov DKI. Di antaranya membuat rencana aksi nasional, menyusun suatu kerja sama bidang waste to energy, mengubah sampah menjadi listrik hingga mencari kemungkinan mengubah plastik menjadi bahan bakar.

"Khusus di DKI ini kita menyusun program bersama dengan Pemda DKI dan Dinas Kebersihan secara spesifik melakukan assessment mengenai plastik yang ada di sungai-sungai Jakarta. Kita targetnya adalah mengurangi jumlah sampah plastik pada 2020 sampai 70 persen di tingkat nasional," ujar dia.

Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, program pembersihan sampah di DKI akan diteruskan. Namun, yang tak kalah penting adalah menyelesaikan persoalan sampah di hulu yakni saat sampah dibuang sejak dari rumah tangga. Yang dibutuhkan, kata dia, adalah warga Jakarta yang mengurangi penggunaan plastik dan mengurangi pembuangan plastik ke sungai.

Anies membenarkan, salah satu masalah terbesar dunia hari ini adalah ketika laut terpenuhi dengan sampah-sampah plastik. Bukan tidak mungkin suatu saat nanti volume sampah plastik di laut bisa melebihi dari volume-volume atau jumlah-jumlah makhluk yang ada di laut karena kelewat banyaknya.

"Kita di Jakarta ingin meneruskan kegiatan pembersihan plastik ini dan inisiatif untuk membuat sungai bersih akan kita pastikan bisa terealisasi," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement