REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG - - Kepala Dinas Perindustrian Nusa Tenggara Timur Obaldus Toda mengatakan akan membangun kampung cokelat di wilayah Kecamatan Adonara Barat, Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur. Pembangunan rencananya dimulai tahun ini.
"Persiapan dan desainnya sudah dimulai tahun lalu dan untuk eksekusi pembangunan kampung cokelat di Flores Timur ini kami mulai di 2018 ini," kata Obaldus Toda, Senin (29/1).
Ia mengatakan, pembangunan kampung cokelat itu untuk menghidupkan sektor industri skala menengah berbasis perkampungan atau desa dan juga untuk mendukung sektor kepariwisataan di zona timur Pulau Flores.
Ia menjelaskan, kampung cokelat itu akan dikelolah kelompok usaha masyarakat untuk melakukan proses produksi hingga pabrik skala menengah. "Karena industrinya lingkup menengah di kampung maka bisa dikelolah 10 hingga 20 warga dengan lahan sekitar satu hektare lebih saja sudah bisa dimulai,"katanya.
Ia menjelaskan, cokelat secara komoditas menyebar di sejumlah daerah di Pulau Flores, dengan potensi terbesar di Kabupaten Sikka mencapai lebih dari 20.000 hektare, Ende lebih dari 6.000 hektare, dan Flores Timur 6.000 hektare.
Potensi yang ada, lanjutnya, akan dikembangkan mulai dengan membentuk industri kecil menengah berbasiskan kelompok usaha di kampung atau desa.
"Harapan kami kampung cokelat ini akan menjadi contoh untuk pengembangan kelompok-kelompok industri di daerah potensial lainnya, selanjutnya tinggal diperkuat pemerintah daerah setempat untuk produksi hingga pemasarannya," katanya.
Obaldus mengatakan, terus mendorong perkembangan industri kecil menengah meskipun dilakukan secara bertahap karena keterbatasan anggaran. "Sementara untuk skala besar tentu kami terus menawarkan potensi-potensi yang kita miliki kepada investor untuk membangun pabriknya di daerah ini," katanya.
Ia mengatakan, selain kampung cokelat, Dinas Perindustrian NTT juga membangun kampung tenun ikat di Maumere, Kabupaten Sikka yang dimulai pada 2017 lalu. "Untuk kampung tenun ikat di Maumere ini sudah berjalan, tahun ini kami bangun lagi satu di Kabupaten Ngada, sebenaranya juga di Sumba tapi karena keterbatasan anggaran sehingga kami lakukan bertahap," katanya.
Ia menambahkan, pembangunan kampung industri sangat membutuhkan kesiapan lahan yang cukup dari pemerintah daerah setempat untuk kebutuhan pengembangan komoditas, produksi, hingga pengelolaan.
"Kami lebih semangat untuk membangun kampung industri ini kalau lahan siap dan menjadi milik desa, kalau pun ada tanah ulayat maka perlu didiskusikan bersama-sama untuk kepentingan umum," katanya.