Senin 29 Jan 2018 17:22 WIB

Penanganan Kasus Campak dan Gizi Buruk Selalu Ditingkatkan

Penanganan terhadap kasus tersebut berjalan sesuai dengan kebutuhan dan kolaboratif.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Winda Destiana Putri
Seorang perempuan Asmat yang didiagnosa mengamai malanutrisi merawat anaknya yang terkena campak di RSUD Agats, Asmat, Kamis (25/1).
Foto: Republika/Fitriyan Zamzami
Seorang perempuan Asmat yang didiagnosa mengamai malanutrisi merawat anaknya yang terkena campak di RSUD Agats, Asmat, Kamis (25/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kesehatan (Menkes) RI, Nila Moeloek mengatakan Kemenkes selalu meningkatkan akses pelayanan kesehatan, khususnya penanganan kasus campak dan gizi buruk di wilayah Asmat, Papua. Penanganan terhadap kasus tersebut berjalan sesuai dengan kebutuhan dan bersifat kolaboratif bersama kementerian serta lembaga terkait lainnya.

"Kami kerjasama dengan TNI, polisi, Kementerian Sosial secara terpadu. Kami membuat program sepuluh hari pertama ini sudah (dilaksanakan), sepuluh hari dilakukan beberapa kegiatan sampao tiga kali, sampai satu bulan," kata Nila dalam Forum Merdeka Barat 9, di Gedung Kominfo, Jakarta, Senin (29/1).

Setelah melakukan peninjauan langsung kondisi pasien anak-anak ke Kabupaten Asmat, Kamis (25/1) lalu, Nila mengatakan berkunjung ke RSUD Agats guna melakukan penguatan manajemen rumah sakit. Ia mengatakan, sistem kewaspadaan dini dan dan respon harus diambil oleh tim yang ada di daerah.

"Berbagai sarana yang disiapkan oleh pusat sebagai bentuk kolaborasi penanganan permasalahan kesehatan," tambahnya.

Sejak September 2017 hingga Januari 2018, Nila mengatakan, tim kesehatan terpadu telah memeriksa sekitar 12.398 anak. Nila mengkonfirmasi, terdapat 646 anak yang terkena wabah campak dann144 anak menderita gizi buruk. Namun, anak-anak yang terdampak kasus campak dan gizi buruk telah mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal.

"Ditemukan pula 25 anak suspek campak serta empat anak yang terkena campak dan gizi buruk. Mereka ditangani di RSUD Agats dan tim gabungan Dinkes Provinsi Papua dan Kabupaten Asmat," tambahnya.

Akibat wabah campak dan gizi buruk sejak September tahun lalu tersebut, 65 korban dilaporkan meninggal. Empat anak lainnya meninggal karena campak dan satu orang meninggal katena tetanus.

Oleh sebab itu, sejak 16 Januari lalu, Menkes telah menurunkan 39 tenaga kesehatan yang terdiri dari 11 dokter spesialis, empat dokter umum, 3 perawat, dua orang penata anestesi dan 19 tenaga kesehatan yang terdiri dari ahli gizi, kesehatan lingkungan dan surveilens. Sementara itu, Kemenkes juga telah menerjunkan tim Flying Health Care (FHC) gelombang kedua, serta tengah mempersiapkan sembilan gelombang FHC yang akan berlangsung sekitar tiga bulan.

"Hingga saat ini sudah ada 1,2 ton obat yang didistribusikan untuk pengendalian KLB gizi buruk dan campak di Kabupaten Asmat," tambah Nila.

Nila mengatakan, pengiriman dilakukan bersamaan dengan keberangkatan 39 tenaga kesehatan untuk memenuhi pelayanan dan kebutuhan obat bagi penderita gizi buruk dan campak. Obat-obat tersebut diantaranya berupa amoksisilin, salep anti bakteri, parasetamol, infusion, vitamin dan obat lainnya.

"Obat dikirim melalui Bandara Soekarno Hatta menuju Agats di Kabupaten Asmat. Kemudian didistribusikan ke Distrik Sawa Erma, Kolof Brasa, dan Pulau Tiga pada tanggal 18 Januari menggunakan speed boat," tambahnya.

 

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement