REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) menyebutkan, potensi peningkatan kecepatan angin di daerah ini bisa mencapai 50 kilometer per jam. Kondisi ini diperkirakan terjadi hingga Rabu (31/1).
Dampak dari peningkatan kecepatan angin itu dapat menimbulkan pohon tumbang. Tinggi gelombang juga dapat mencapai di atas dua meter di Selat Lombok dan perairan selat di NTB.
Terkait dengan itu, Kepala Bidang Darurat dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Mataram I Made Gede Yasa mengimbau masyarakat untuk waspada dan berhati-hati terhadap dampak yang akan ditimbulkan angin kencang.
"Kita tidak mau lagi ada korban meninggal dunia akibat pohon tumbang yang terjadi di Jalan Udayana, yang menimpa Irnawati (11) dari Lingkungan Karang Kelok," katanya di Mataram, Senin (29/1).
Dikatakan, untuk mengetahui perubahan kondisi cuaca, BPBD aktif berkoordinasi dengan BMKG Bandara Internasional Lombok (BIL), agar dapat melakukan antisipasi sedini mungkin. Sebagai upaya antisipasi dampak peningkatan kecepatan angin, BPBD telah menyiagakan petugas tim reaksi cepat (TRC) untuk melakukan patroli ke sejumlah titik rawan bencana.
Selain di sejumlah kawasan pinggir sungai, juga di jalur-jalur protokol yang memiliki pohon lebat, serta di sepanjang sembilan kilometer pantai di kota ini.
"Untuk antisipasi pohon tumbang, kami berkoordinasi dengan Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Perkim), agar dapat segera dilakukan pemotongan sehingga tidak menghalangi aktivitas masyarakat di sekitarnya, dan perantingan untuk pohon yang diprediksi akan tumbang," katanya.
Sementara, pengawasan di sepanjang sembilan kilometer pantai Mataram, tim TRC disiagakan 24 jam. Mereka berjaga di posko yang sudah ada secara bergantian.
Ia mengatakan, setiap hari anggota TRC yang siaga di pinggir pantai sebanyak 16 orang dari 50 anggota TRC yang ada. Mereka bekerja sama dengan petugas satuan siaga bencana (Tagana) dari Dinas Sosial.
Anggota TRC tersebut dilengkapi dengan sistem komunikasi dan armada untuk berkeliling memantau cuaca dan suasana di sepanjang pantai, termasuk perubahan gelombang. "Hal itu sebagai salah satu upaya antisipasi, agar nelayan dapat segera diinformasikan untuk waspada dan tidak melaut untuk sementara," katanya.