Ahad 28 Jan 2018 06:20 WIB

Beras Naik di Sultra, Ini Alasannya

Sejumlah daerah belum masuk masa panen.

Kota Bekasi menggelar evaluasi Operasi Pasar di Pasar Baru, Bekasi Timur, Kota Bekasi, Rabu (24/1) pagi . Evaluasi itu sekaligus sidak (inspeksi mendadak) kepada para pedagang, terutama pedagang beras.
Foto: Republika/Farah Noersativa
Kota Bekasi menggelar evaluasi Operasi Pasar di Pasar Baru, Bekasi Timur, Kota Bekasi, Rabu (24/1) pagi . Evaluasi itu sekaligus sidak (inspeksi mendadak) kepada para pedagang, terutama pedagang beras.

REPUBLIKA.CO.ID,  KENDARI -- Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Disperindag Sultra, Muhammad Ali, mengatakan kenaikan harga beras di sejumlah daerah disebabkan karena belum masuk masa panen. "Biasanya dalam kondisi seperti saat ini, saat petani belum panen, harga beras di pasaran cenderung naik," kata Muh Ali di Kendari, Sabtu (27/1).

Dia mengtaakan, harga beras yang cenderung naik adalah beras medium karena sangat diminati baik dari masyarakat kalangan bawah maupun kalangan atas. Sehingga ketersediaan stok menipis di bandingkan dengan beras premium. "Contohnya, harga beras medium yang harga awalnya sebesar Rp 9.500 per kilogram naik menjadi Rp 10 ribu per kilogram. Sementara premium harga awalnya sebesar Rp 11 ribu per kilogram naik menjadi sebesar Rp 12 ribu per kilogram," ujarnya.

Masa panen tiba kata dia, di perkirakan awal Februari hingga Maret 2018 mendatang. Panen akan tersebar di daerah produksi padi yakni di Kabupaten, Bombana, Kolaka, Kolaka Timur, Konawe, Konawe Selatan dan Konawe Utara. "Setelah musim panen tiba, harga akan kembali bergerak turun di pasaran, ini sudah biasa terjadi," ujarnya.

Efek yang perlu dilakukan pemerintah saat ini dia mengatakan, adalah bagaimana menjaga persediaan stok. Karena jika persediaan beras di pasaran semakin menipis, dapat memicu kenaikan harga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement