Jumat 26 Jan 2018 21:00 WIB

Belajar Tanaman Herbal dari Abah Edi

konsep wisata tanaman herbal ini membuatnya mudah untuk menyampaikan pengetahuan.

Rep: mohammad akbar/ Red: Winda Destiana Putri
Wisata Citamiyang, Puncak.
Foto: Dok: Nastari
Wisata Citamiyang, Puncak.

REPUBLIKA.CO.ID, Usianya telah lebih separuh abad. Tapi jangan pernah remehkan stamina dan kebugaran tubuh dari ayah tiga anak dan satu orang cucu ini. Sosok pria bermurah senyum ini akrab disapa Abah Edi. Namun, nama lengkap yang sesungguhnya adalah Ujang Edi.

Sudah hampir separuh dari masa hidupnya, Abah Edi menekuni dan meneliti seputar tanaman herbal. Ia melakukannya secara otodidak. Walau tidak belajar secara akademis tentang khasiat tanaman herbal dari bangku sekolah namun sosok Abah Edi kerap kali dijadikan narasumber bagi referensi dari sejumlah akademisi maupun profesor.

"Dulu pernah datang profesor dari Cina yang ingin mengetahui manfaat dari tanaman cekokak," kenang pria kelahiran Bogor, 4 Juli 1965 ini.

Perihal kemampuannya tersebut, Abah Edi bercerita. Ia mengaku mulai memahami dan menekuni khasiat tanaman herbal ini sejak 1997. Kala itu, secara tiba-tiba ia mendapatkan semacam 'ilham' selepas terbangun dari tidur. "Saat saya keluar rumah di pagi hari, secara spontan saya bisa memahami tanaman-tanaman yang bisa memberikan manfaat. Seperti mereka itu berinteraksi kepada saya untuk menjelaskan manfaatnya," katanya sambil melepaskan senyuman.

"Saya juga merasa mendapatkan kekuatan karena dalam sehari saja saya bisa hafal puluhan jenis tanaman herbal," lanjutnya.

Sebelum mendapat pengetahuan secara tiba-tiba itu, Abah Edi sudah terbiasa berinteraksi dengan tanaman. Interaksi ini terbangun karena profesinya sebagai polisi hutan yang bertugas di bawah Perum Perhutani di kawasan Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

Kini, ikhtiar Abah Edi untuk terus menyebarkan pengetahuan seputar tanaman herbal ini dapat ditemukan jika Anda berkunjung ke kawasan bumi perkemahan Citamiang, Desa Tugu Utara, Puncak, Kabupaten Bogor. Di lokasi ini, Abah Edi menjadi sosok spesialis dan tenaga ahli yang mengembangkan konsep wisata tanaman herbal di areal seluas sekitar 3 hektare.

Untuk 'menurunkan' pengetahuannya tersebut, Abah Edi disokong oleh Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Puncak Lestari, Yayasan Tunas Tani Mandiri (Nastari) Bogor serta program Corporate Social Responsibility (CSR) dari PT Tirta Investama (Aqua). Ia merasa senang hadirnya konsep wisata tanaman herbal ini membuatnya semakin mudah untuk menyampaikan dan mengajarkan seluruh pengetahuan yang dimilikinya kepada semua semua orang.

"Tidak susah kok untuk mempelajarinya, ujarnya.

Abah Edi juga menjelaskan bahwa dari sebuah spesies tanaman itu memiliki berbagai macam khasiat. Di antaranya ada tanaman centek atau salihara (Lantana camara). Daun tanaman centek ini bisa dimanfaatkan untuk mengobati keracunan, lalu bunga berguna untuk pengobatan asma dan bagian akarnya dapat diolah untuk menyembuhkan rematik.

Selama dua dekade bertugas di hutan di kawasan Bogor dan sekitarnya, Abah Edi mengaku ada beberapa jenis tanaman yang sudah sulit untuk ditemukan. Di antaranya ia menyebut nama lokal seperti tanaman pongporang, kepuh hingga kilimo.

Untuk mengatasi ancaman punahnya sejumlah tanaman herbal itu, ia mengajak masyarakat untuk secara aktif terlibat dalam proses pelestarian. Selain itu, ia pun siap untuk berbagi ilmu tentang manfaat tanaman herbal ini melalui kegiatan hutan wisata sehat Citamiang.

"Jadi mau dipijat?" seru Abah Edi kepada Republika saat menyambanginya di Citamiyang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement