REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Nusa Tenggara Timur Abed Frans menilai rencana kenaikan tarif kunjungan di Taman Nasional Komodo (TNK) merupakan hal yang wajar sebagai destinasi wisata unggulan dunia. Harga tiket masuk TNK saat ini dinilai masih rendah.
"Wajar saja kalau tarif kunjungan ke Taman Nasional Komodo dinaikkan. Destinasi wisata ini sangat fenomenal dan bagian dari keajaiban dunia," katanya saat dihubungi di Kupang, Kamis (25/1).
Ia mengatakan hal itu terkait rencana kenaikan tarif masuk TNK berdasarakan pembagian rayon yang sementara dikaji Otoritas TNK untuk diterapkan mulai 2018. Otoritas TNK menilai saat ini karcis masuk untuk pengunjung umum pada rayon III masih terbilang rendah dengan tarif Rp 150 ribu per orang per hari untuk wisatawan mancanegara, dan Rp 5.000 untuk wisatawan domestik.
"Saat ini kunjungan banyak masuk ke rayon III, kami usulkan untuk nantinya mereka ke rayon I atau II. Kenaikan tarif untuk wisatawan mancanegara bisa mencapai 25 persen per rayon dan domestik mencapai 50 persen dari tarif saat ini," kata Kepala Otoritas TNK Sudiyono.
Abed mengatakan, rencana kenaikan tarif masuk TNK merupakan hal yang wajar. "Sah-sah saja untuk destinasi sekelas wisata komodo yang sangat unik dan indah, tidak dimiliki daerah manapun di dunia dan itu pasti tidak akan memberatkan wisatawan," katanya.
Tarif yang ada saat ini, katanya, masih murah dibandingkan destinasi wisata di berbagai daerah atau negara lainnya, yang mendunia. Ia juga meyakini kenaikan tarif tidak berdampak pada pengurangan kunjungan wisatawan ke TNK, karena keluhan wisatawan selama ini bukan pada tarif melainkan aspek lainnya seperti masalah kebersihan.
"Tamu-tamu yang selama ini yang dilayani agen-agen kami di Asita tidak ada yang mengeluh sama sekali soal tarif, mereka lebih menyoroti kendala lain seperti masalah sampah dan infratruktur pendukung yang belum lengkap lainnya," katanya.
Lebih lanjut, ia mengaku mendukung upaya penataan kembali arus kunjungan wisatawan ke TNK oleh pihak otoritas untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan terahadap populasi satwa komodo (varanus komodoensis) itu sendiri. Menurutnya, kunjungan wisatawan memang sudah seharusnya ditata terkait jumlah kunjungan setiap harinya, sehingga selain menjaga populasi komodo juga membuat wisatawan bisa menyebar ke destinasi lain di sekitarnya.
"Kami menginginkan agar geliat arus wisatawan tidak hanya terjadi di TNK tapi juga merangsang perkembangan destinasi wisata lainnya di Pulau Flores dan sekitarnya," katanya.