Rabu 24 Jan 2018 15:42 WIB

LSI: Jadi Ketum, Airlangga Naikkan Elektabilitas Golkar

Berdasarkan survei, elektabilitas Golkar pada Januari berada di angka 15,5 persen.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Bayu Hermawan
Pengumuman Pengurus Partai Golkar. Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto mengumumkan susunan pengurus pusat partai Golkar di DPP Partai Golkar, Jakarta, Senin (22/1).
Foto: Republika/ Wihdan
Pengumuman Pengurus Partai Golkar. Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto mengumumkan susunan pengurus pusat partai Golkar di DPP Partai Golkar, Jakarta, Senin (22/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Survei dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menunjukan, sosok Airlangga Hartarto berhasil membuat elektabilitas Partai Golkar mengalami kenaikan, sejak terpilih sebagai ketua umum baru. Sementara elektabilitas PDIP justru mengalami penurunan, sejak survei yang dilakukan pada Agustus 2017.

Peneliti LSI Denny JA, Rully Akbar mengatakan pada survei yang dilakukan LSI pada Agustus 2017, elektabilitas Golkar sebesar 11,6 persen. Sementara, pada Desember 2017, elektabilitasnya naik menjadi 13 8 persen dan naik kembali menjadi 15, 5 persen pada Januari 2018.

Disisi lain, elektabilitas PDIP kata Rully, mengalami penurunan dengan berada diangka 28,3 persen pada Agustus 2017. Dimana angka tersebut turun diangka 22,7 persen pada Desember 2017 dan turun kembali menjadi 22,2 persen di Januari 2018. Walaupun begitu, turunnya elektabilitas PDIP, angkanya tetap berada di atas Partai Golkar.

Alasan terhadap kecenderungan kenaikan elektabilitas Golkar, kata Rully, disebabkan karena hadirnya Airlangga Hartanto sebagai Ketum yang membawa harapan baru bagi Golkar. Terutama karena Golkar memperkuat citranya dengan moto 'Golkar Bersih'.

"Airlangga yang dikesankan bersih dan berintegritas membangun kembali kredibilitas partai yang sebelumnya diterpa isu negatif KTP-el," kata Rully di Gedung Graha Dua Rajawali, Jakarta, Rabu (24/1).

Alasan lain berdasarkan hasil survei, kata Rully, yaitu karena adanya tiga program pro rakyat yang dikemukakam oleh Golkar. Diantaranya, program harga sembako terjangkau, memperluas lapangan kerja, dan adanya program rumah mudah akses dan terjangkau. Sehingga, kata Rully,terjadi migrasi pemilih antara PDIP dan Golkar.

"Migrasi pemilih antara PDIP dan Golkar bisa terjadi karena kedua partai ini memiliki platform partai yang sama yaitu nasionalis dan juga memiliki basis dukungan tradisional yang sama yaitu pemilih menengah bawah atau wong cilik," kata Rully.

Diberitakan sebelumnya, LSI Denny JA melakukan survei terbaru yang dilaksanakan pada 7 hingga 14 Januari 2018, terhadap 1200 responden berdasarkan metode /multi stage random sampling/. Survei sendiri dilakukan dengan teknik wawancara tatap muka dengan responden yang dilakukan serentak di 35 provinsi di Indonesia, dengan margin of error sebesar 2,9 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement