REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- LGBT dikhawatirkan memicu kegiatan ekonomi berbasis maksiat yang akhirnya mengurangi keberkahan ekonomi Indonesia. Pasalnya, ekonomi akan berkah bila segala bentuk kemaksiatan bisa diminimalisasi, termasuk mengurangi fasilitasi ekonomi berbasis maksiat.
Direktur Pusat Studi Bisnis dan Ekonomi Syariah (CIBEST) IPB Irfan Syauqi Beik menilai, LGBT adalah penyakit yang harus disembuhkan. Penyembuhan mereka merupakan hal pertama yang harus didorong. "Di ekonomi, perilaku menyimpang ini mendorong perkembangan ekonomi bawah tanah, terutama kegiatan prostitusi berbeda jenis maupun sesama jenis," ungkap Irfan, Selasa (23/1).
Irfan menduga, volume kegiatan prostitusi berbeda jenis meningkat, apalagi ditambah sesama jenis. Hal itu harus diantisipasi.
Kedua, ini ada kaitan dengan keberkahan ekonomi. Ekonomi akan berkah bila segala bentuk kemaksiatan bisa diminimalisasi, termasuk mengurangi fasilitasi ekonomi berbasis maksiat. "Jangan sampai keberkahan ekonomi Indonesia berkurang karena kemaksiatan yang dilakukan secara sadar dan sengaja," kata Irfan.
Soal wacana boikot perusahaan yang mendukung LGBT, Irfan menyatakan, itu tergantung seberapa kuat kampanye boikotnya. Irfan belum bisa mengukur kekuatannya karena seruannya juga belum terlalu masif.
Namun, bila eskalasi isu ini terus meningkat, pelaku bisnis yang mencoba frontal menentang pandangan mayoritas masyarakat yang anggap LGBT sebagai penyakit, bisa jadi seruan boikot akan menemukan momentumnya. Karena begitu ada momentum, efeknya bisa pada penurunan pendapatan.