Selasa 23 Jan 2018 01:53 WIB

Harga Sawit Aceh Tenggara Kembali Merosot

Menyentuh Rp 1.150 per kilogram awal pekan ini.

Pekerja memanen tandan buah segar kelapa sawit.  (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Pekerja memanen tandan buah segar kelapa sawit. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  KUTACANE, ACEH TENGGARA -- Harga tandan buah segar sawit yang dijual di tingkat petani di Kabupaten Aceh Tenggara, Provinsi Bengkulu, kembali merosot. Awal pekan ini harga menyentuh Rp1.150 per kilogram.

"Sudah beberapa kali turun dalam bulan di awal tahun ini saja, sekarang cuma Rp1.150 per kilogram," ucap petani sawit di Kecamatan Babul Mamur, Aceh Tenggara, Taher (45) di Kutacane, Senin (22/1).

Ia mengatakan, sebelum pergantian tahun atau tepatnya bulan Desember 2016, harga tandan buah segar sawit yang dijual di tingkat petani mencapai Rp1.300 per kilogram.

Awal tahun ini, lanjutnya, harga mulai turun menjadi Rp1.250 per kilogram, lalu menyentuh harga Rp1.200 per kilogram dan hingga posisi saat ini dengan usia tanaman 10 tahun.

Terus turunnya harga, telah membuat para petani dan pengusaha bahan baku minyak mentah kelapa sawit setempat semakin lesu karena perekonomian semakin terpuruk.

"Harga terus turun, membuat kami pasrah. Memang masih ada utung, namun tipis sekali untuk tutupi biaya operasional," katanya.

Jafar Bereuh (57), pengusaha kebun sawit setempat mengatakan, rendahnya harga buah kelapa sawit tidak lepas belum berperannya pemerintah kabupaten.

Dia mengaku, Pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara hingga kini belum memprioritaskan pengembangan pertanian, hortikultura, peternakan, kehutanan dan perikanan.

Ia menjelaskan, berbagai jenis tanaman yang menjadi primadona dan merupakan program yang terus digalakkan di Aceh Tenggara seperti kakao, karet, nilam, kelapa dan kemiri.

"Bahkan daerah ini sebagai penghasil terbesar untuk tanaman jagung, padi dan kakao," terangnya.

Wakil Bupati Aceh Tenggara, Ali Basarah tahun lalu sempat berujar, kelapa sawit bukan tanaman andalan bagi masyarakat setempat yang berstatus sebagai petani. "Sawit dapat merusak unsur hara, dan bisa merusak kualitas air bawah tanah. Sawit rakus air. Jika itu terjadi, bisa merusak produk pertanian," tuturnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement