REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Yuliandre Darwis berharap perayaan Hari Pers Nasional (HPN) tidak hanya menjadi seremonial. Dia menginginkan momentum HPN dapat melahirkan gagasan jangka panjang untuk perkembangan pers di Indonesia.
Andre menyebut acara puncak HPN selalu dilaksanakan dengan besar dan menelan biaya yang tidak sedikit. Karena itu, Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas itu berharap HPN dapat mencetuskan gagasan atau program yang berimplikasi pada perkembangan dunia pers, terutama untuk kalangan muda.
"Hari Pers Nasional jangan hanya sebagai seremonial. Jangan hanya event menghabiskan duit, tetapi enggak ada gagasan, tidak ada kaderisasi, tak ada implementasi untuk generasi muda," kata Andre kepada Republika di Kantor KPI, di Jakarta Pusat, Senin (22/1).
Sebagai petinggi lembaga negara yang usianya masih muda, Andre ingin adanya cara-cara untuk memancing minat kawula muda agar tertarik berkarya di dunia pers. Saat ini, alumnus Universitas Padjadjaran itu mengatakan, secara demografi, Indonesia memiliki keunggulan dari sisi jumlah anak muda.
Dia mengatakan hal itu harus dimanfaatkan agar muncul tokoh-tokoh pers baru yang akan mendorong kemajuan bangsa. Andre menyebutkan, anak muda yang jadi pegiat pers harus semangat dalam mencetuskan ide-ide yang dikemukakan lewat media pers.
Pada zaman kemajuan teknologi ini, menurut putra asli Pariaman, Sumatra Barat itu, anak muda Indonesia harus lebih banyak melahirkan ide agar tidak menjadi konsumen ide dari bangsa lain. "Karena anak muda itu bonus demografi paling tinggi di Indonesia. Kalau enggak diisi dengan baik nanti hanya akan jadi kaum konsumtif gagasan, bukan pencipta gagasan," ujar Andre.
Puncak peringatan Hari Pers Nasional akan digelar di Kota Padang pada 8-9 Februari 2018. Rencananya, HPN akan dihadiri oleh Presiden Joko Widodo.