Ahad 21 Jan 2018 15:03 WIB

Penanganan Bencana Kesehatan Papua Terkendala Akses

Sulitnya wilayah yang dijangkau serta komunikasi menjadi kendala utama.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Nur Aini
ANGKA KEMATIAN IBU DAN ANAK. Seorang ibu bercanda dengan anaknya sebelum melakukan pemeriksaan kesehatan bayi di Posyandu Kama di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, Kamis (18/4).
Foto: ANTARA/M Agung Rajasa
ANGKA KEMATIAN IBU DAN ANAK. Seorang ibu bercanda dengan anaknya sebelum melakukan pemeriksaan kesehatan bayi di Posyandu Kama di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, Kamis (18/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan RI dr Achmad Yurianto menyampaikan masalah geografis menjadi salah satu kendala bagi masyarakat di Papua untuk mendapatkan layanan kesehatan. Tak hanya itu, kurangnya kesadaran untuk menerapkan hidup sehat juga menjadi salah satu faktor cepatnya penyebaran penyakit campak dan munculnya masalah gizi buruk di Kabupaten Asmat dan Okbibab Oxibil, Papua.

"Banyak sekali balita sulit untuk mengakses atau diakses layanan kesehatan. Sehingga banyak mereka yang belum terimunisasi. Mereka itu hidupnya jauh-jauh di tengah hutan," ujar Achmad saat dihubungi Republika.co.id, Ahad(21/1).

Hingga kini, menurut dia, Kemenkes masih menunggu laporan dari tim kesehatan yang telah diterjunkan ke daerah tersebut. Sulitnya wilayah yang dijangkau serta komunikasi menjadi kendala utama bagi pemerintah pusat untuk mengetahui perkembangan terkini dan merespons langkah kesehatan selanjutnya." (Pemerintah) Kabupaten untuk yang Oxibil sudah ngirim tim, karena lokasi ini jauh jadi harus naik pesawat kecil sekitar 25 menit ke distriknya dan kemudian harus jalan kaki sehari. Maka tim yang sudah ada di sana belum bisa membuat laporan," kata dia.

Kendati demikian, ia memastikan, jika ditemukan balita yang belum mendapatkan imunisasi lengkap maka, tim kesehatan akan segera melakukan langkah penanganan. Achmad mengatakan, penanganan masalah kesehatan di Papua ini tidak bisa dilakukan sendiri oleh pemerintah pusat.

"Semuanya tidak harus menunggu respons pusat, pasti telat. Respon fungsi kesehatan itu sudah kita gelar dari puskesmas sampai kementerian. Sementara kalau mengharapkan respons kementerian secara institusional ya jauh," ujar dia.

Untuk memberikan respons tercepat, Kementerian Kesehatan juga akan kembali mengirimkan tim kesehatannya dari Jayapura yang terdiri dari 20 tenaga kesehatan pada Senin (22/1) esok. Selain membawa obat-obatan, tim kesehatan yang diterjunkan juga akan membawa makanan tambahan. "Hari Senin akan kita dorong lagidari Jayapura untuk sekitar 20 orang ada spesialis anak, spesialis penyakit dalam, spesialis kandungan, dokter umum, perawat, akan kita berangkatkan pakai heli dari Jayapura langsung menuju lokasi," ucap Achmad.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement