Ahad 21 Jan 2018 13:24 WIB

Kepedulian Mahasiswa Terhadap Lingkungan Rendah

18 dari 100 orang Indonesia tidak tahu judul lagu kebangsaan.

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Winda Destiana Putri
Pancasila
Pancasila

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Beberapa survey menunjukkan bahwa pemahaman ideologi dan nasionalisme masyarakat Indonesia, khususnya mahasiswa saat ini lemah. Kepedulian mereka terhadap lingkungannya juga rendah.

"Dampaknya sangat mengkhawatirkan bagi bangsa ini," kata Direktur Bina Ideologi, Karakter dan Wawasan Kebangsaan Direktur Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum, Kementerian Dalam Negeri Prabawa Eka Susanta dalam Seminar Nasional Musyawarah Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)DIY dengan tema Pancasila, UU Ormas dan Demokrasi Kita, di Auditorium UAD Yogyakarta, Sabtu (20/1). Kegiatan ini diikuti oleh 55 Perguruan Tinggi di DIY.

Ia mengungkapkan 18 dari 100 orang Indonesia tidak tahu judul lagu kebangsaan, 21 dari 100 orang di Indonesia tidak hafal sila-sila Pancasila, 53 persen orang Indonesia tidak hafal lirik lagu kebangsaan. Belum lagi perilaku anarki. Dalam tiga tahun terakhir ini ada 22 kasus pembakaran fasilitas kampus oleh mahasiswa dan 41 kasus perkelahian antarmahasiswa.

"Padahal mereka dari segi usia tidak dewasa. Hal itu merupakan tantangan bagaimana agar bisa berperan dan lebih bermanfaat bagi masyarakat," kata Prabawa.

Secara terpisah Koordinator BEM DIY Nur Fatah saat dimintai tanggapannya mengakui banyaknya mahasiswa yang tidak hafal Pancasila, Indonesia Raya merupakan fakta. "Setidaknya kita harus memahami dulu baru menyampaikan ke orang lain," tuturnya.

Harapannya ke depan, generasi muda harus sadar bahwa Pancasila itu adalah final merupakan dasar negara. "Lagu Indonesia Raya merupakan lagu kebangsaan kita. Apa yang menjadi cita-cita Pahlawan harus kita teruskan, tanpa mereka kita masih dijajah," kata Fatah.

Menurutnya, mahasiswa yang tidak peduli lingkungan biasanya tidak bergabung dalam organisasi mahasiswa, kadang kuliah pulang akhirnya terjun di dunia malam yang tidak positif dan hidupnya individualis. Dirinya ingin mengajak teman-teman BEM di internal kampus masing-masing agar mendorong mahasiswa untuk menjalankan peran dan fungsinya di masyarakat.

Lebih lanjut Prabawa mengatakan menyatakan mahasiswa sebagai calon pemimpin bangsa diharapkan memahami persoalan kebangsaan masa depan. Pemahaman soal otonomi juga harus dipahami. Era sekarang memang tidak ada lagi sikap represif dilakukan oleh pemerintah karena demokrasi yang serba terbuka di masa kini. Namun, katanya menambahkan, pemahaman demokrasi tidak berarti bebas tanpa batas. Ibaratnya permainan bola ada aturan yang disepakati bersama.

Sementara itu Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto yang juga sebagai pembicara dalam seminar ini mengatakan mahasiswa sebagai kelompok terdidik berkesempatan untuk turut membangun bangsa dengan cara dan semangat di zamannya masing-masing.

"Ayo dari Yogyakarta kita bangun semangat bersama sebagai pelopor Pancasila. Kita ingatkan pentingnya keteladanan para pemimpin, para tokoh untuk menjalankan ideologi Pancasila dengan menumbuhkankembangkan semangat gotong royong," katanya menegaskan.

Wakil Rektor UAD Abdul Kadir berharap agar mahasiswa bisa lebih berkembang dengan forum intelektual, berproses untuk bisa lebih berperan lewat jalur audiensi. "Ini proses mendewasakan diri dalam kegiatan kemahasiswaan. Tema seminar ini relevan dengan kondisi sekarang," tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement