REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Produksi beras di Jawa Barat (Jabar) secara keseluruhan mengalami surplus. Namun di tengah masyarakat masih ada stigma jika pada Desember-Januari terjadi kelangkaan beras.
"Saya merasa yakin di Provinsi Jabar produksi padi surplus, malah Jabar kirim berasnya ke Serdang Bedagai dan Kalimantan," ujar Kepala Badan Karantina Pertanian selaku Ketua Penanggung Jawab Upaya Khusus Swasembada Padi, Jagung dan Kedelai (Upsus Pajale) Provinsi Jawa Barat Banun Harpini, di sela-sela kegiatan gerakan panen padi di Desa Caringin, Kecamatan Gegerbitung, Kabupaten Sukabumi, Sabtu (20/1).
Namun, lanjut Banun, Indonesia sebagai negara kepulauan sistem logistiknya belum begitu memadai. Sehingga, terang dia, jaminan stok beras antarpulau, antarwilayah, dan antarwaktu belum ideal. "Intinya secara agregat Provinsi Jabar jadi sentra beras karena setiap hari ada panen dan tanam."
Di sisi lain, kata Banun, distribusi stok beras antarwaktu dan antarwilayah ini yang jadi persoalan. Terlebih, lanjut dia, pada musim hujan upaya angkut beras dari gudang ke wilayah antarkecamatan memerlukan kerja keras terutama yang harus menggunakan kapal.
"Melihat kondisi ini jangan panik dan terbawa stigma kalau Desember-Januari pasti beras langka," ujar Banun. "Saya khawatir stigma itu dibawa terus dan ada yang mendompleng untuk mencari keuntungan."
Bupati Sukabumi Marwan Hamami menyatakan, Sukabumi menjadi salah satu wilayah yang produksi berasnya mengalami surplus. Sehingga, kata dia, Sukabumi tidak memerlukan beras impor.